Keramaian hanya terjadi di kawasan pedestrian Kayutangan Heritage atau sepanjang pinggir Jalan Jenderal Basuki Rahmat.
"Setelah tarawih yang ramai sekarang di depan itu (pedestrian Kayutangan Heritage), sebelum Ramadhan juga gitu. Mereka ke sana karena mau lihat lampu-lampu yang viral, kita hanya jadi penonton, yang masuk kampung jarang, hanya satu dan dua saja," ujarnya.
Pihaknya hanya bisa mengandalkan kunjungan secara rombongan dari luar daerah sejak pandemi Covid-19. Rata-rata setiap bulannya hanya ada 100 pengunjung.
Situasi tersebut tidak jarang membuat beberapa spot foto di Kampung Heritage Kayutangan sudah tidak menarik lagi.
"Ya ada saja spotnya yang perintilan-perintilannya hilang atau rusak, ada rumah juga yang sama pemiliknya nggak mau lagi jadi spot foto," katanya.
Baca juga: Sahur On The Road dan Bagi-bagi Takjil di Malang Tak Dilarang, Kapolres: Kalau Itu Positif, Silakan
Mila menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari Kampung Heritage Kayutangan yang perlu dibenahi.
"Seperti tulisan Shining Kampung Heritage Kayutangan kami nggak ada, kalau bisa ada support, setelah lebaran kita ada event juga Riyayan Kayutangan harapannya bisa meningkatkan kunjungan," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.