LUMAJANG, KOMPAS.com - Ramadhan menjadi waktu yang ditunggu-tunggu seluruh umat Islam. Tidak terkecuali kalangan santriwan-santriwati di Pondok Pesantren (Ponpes) Darun Najah di Desa Petahunan, Kecamatan Sumbersuko, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Pesantren yang telah berusia 27 tahun itu menjadi satu di antara sekian banyak ponpes di Lumajang yang masih menjaga nilai tradisi khas salaf.
Meski, secara kurikulum ponpes itu telah beradaptasi dengan perubahan zaman dengan menyediakan program tahfiz dan program bahasa asing selain adanya program kitab yang lebih dulu ada.
Suasana sejuk telah terasa sejak para santri bangun untuk sahur. Semua santri tertiba dan rapi mengantre mendapatkan nasi dan lauk yang telah disediakan untuk santap sahur.
Baca juga: Beli Pertalite Dilarang Pakai Jeriken, Penjual Bensin Eceran di Lumajang Kebingungan
Usai sahur, tidak ada seorang pun yang bersantai. Mereka kemudian mengambil air wudu. Ada yang shalat malam, i'tikaf, maupun membaca ulang kitab sembari menunggu azan subuh.
Setidaknya dalam sehari terdapat tiga agenda mengaji yakni setelah subuh, setelah ashar, dan setelah shalat tarawih.
Agenda-agenda tersebut dilalui para santri dengan riang gembira. Tidak sedikit pun raut wajah lesu, sedih, dan bosan, terlihat di wajah mereka.
Terlihat saat menjelang maghrib, beberapa santri ada yang bermain bola voli, sepak bola, piket kebersihan, bersih diri, hingga diskusi kecil dengan rekan sejawatnya.
"Rasanya enggak pernah terasa lelah, malahan senang karena bisa tau ilmu baru dan dilakukan bersama-sama dengan teman," kata Rido, salah satu santri putra Ponpes Darun Najah, Jumat (8/4/2022).