Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dulu Simbol Kejayaan, Kini Kapal Slerek Muncar Bertumbangan

Kompas.com - 06/04/2022, 22:24 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ahmad Su'udi ,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Orang-orang dewasa di Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, ingat betul kejayaan perekonomian mereka sebelum 2009.

Jumlah gerombolan ikan lemuru yang melimpah di Selat Bali mereka tangkap menggunakan jaring purse seine dan kapal slerek.

Misalnya Sayadi (50), yang dulu bisa menangkap ikan di jarak 200 meter dari rumahnya di pesisir Dusun Kalimoro, Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar.

Pada 2009, ia merupakan juragan laut alias pemimpin jalannya perburuan ikan sebuah tim nelayan, setiap sore hingga pagi.

Namun, hasil tangkapan yang sebelumnya bisa mencapai 10 ton sekali berangkat, merosot tajam pada 2009. Pada tahun-tahun berikutnya, jumlah tangkapan terus berkurang.

Akibat hasil tangkapan terus merosot, Sayadi diberhentikan karena tak mencapai target tangkapan. Ia lalu memutuskan membeli sampan kecil agar bisa terus melaut.

"Saya beli sampan kecil itu dulu Rp 4 juta, sekitar sepuluh tahun lalu, beli bekas. Tapi sekarang sampan kecil banyak yang rugi, karena ikan sedikit," kata Sayadi di rumahnya, Rabu (6/5/2022).

Kapal slerek dengan jaring purse seine yang membentuk kantung di dalam air itu terbukti efektif untuk menangkap gerombolan besar ikan pelagis kecil seperti lemuru.

Baca juga: Ramadhan di Banyuwangi, Pasar Jajan hingga Okupansi Hotel Meningkat

Kapal slerek selalu berpasangan saat melaut dan bekerja sama dalam beroperasi, membentuk kantung jaring itu hingga biasa disebut kapal suami istri.

Kapal suami lebih ramping dan memiliki tower kecil yang di atasnya, yang dilengkapi kursi untuk duduk juragan laut.

Tugas utama kapal suami adalah membawa dan menebar jala. Juragan laut di kapal ini berusaha mencari air merah mengandung darah, tanda gerombolan lemuru sedang diserbu mangsa, untuk dijaring semua sekalian.

Sementara kapal istri membawa sekitar 40 nelayan atau anak buah kapal (ABK), serta untuk menampung ikan setelah jala ditarik ke atas.

Harga satu kapal bisa mencapai Rp 1 miliar, belum termasuk mesin, jala, dan sound system untuk hiburan saat melaut. Tanpa pondokan atau atap, seluruh bagian dek kapal slerek terbuka.

Warna kapal kerap dominan putih kombinasi dengan corak yang cerah. Dan di bagian atas terdapat banyak ornamen ukir dan lukis yang membuatnya tampak lebih meriah.

Biasanya juragan darat atau pemilik kapal sekaligus penanggung biaya operasional melaut, menuangkan minat, tradisi, dan kepercayaannya pada ornamen di atas kapal mereka.

Misalnya pemilik kapal yang suka tradisi Jawa memberikan lukisan karakter wayang atau yang mengidolakan pahlawan nasional memasang lukisan wajah sang tokoh.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com