MALANG, KOMPAS.com - Ribuan masjid di Indonesia tentunya memiliki nilai sejarah, baik karena lingkungan sekitar maupun pendirinya.
Namun, banyak di antaranya mengalami perubahan struktur bangunan karena direnovasi hingga bukti-bukti peninggalan sejarahnya pun nyaris hilang.
Masjid Fathul Bari, Desa Karangsuko, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang, Jawa Timur mungkin menjadi salah satu dari sedikit masjid yang tidak mengalami perubahan struktur bangunan sejak awal berdirinya pada tahun 1945.
Baca juga: Sejarah Masjid Agung Assyuhada Pamekasan, Simbol Perjuangan Mujahid Perang
Nuansa arsitektur kuno bergaya timur tengah itu masih tampak kental pada masjid berukuran sekitar 20×20 meter itu.
Pilar-pilar pun tampak keasliannya serta masih menggunakan lantai marmer kuno.
Juru kunci masjid Fathul Bari, Qibtiyah mengatakan, konon pada awal pembangunannya, masjid Fathul Bari merupakan satu-satunya masjid termegah di wilayah Kecamatan Gondanglegi dan Pagelaran Kabupaten Malang.
"Saat itu, di kawasan sini juga masih jarang ada masjid. Di Desa Karangsuko Kecamatan Pagelaran dan Desa Sukosari Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang hanya ada satu masjid ini," ungkap Qibtiyah saat ditemui, Rabu (6/4/2022).
Masjid itu dulu dibangun oleh salah satu orang kaya yang dermawan di kawasan setempat bernama H Fathul Bari, dengan biayanya sendiri.
"Sedangkan seluruh kegiatan beribadah di masjid dipimpin oleh KH Latifi bin Baidowi, salah satu tokoh agama setempat. Sedangkan kegiatan pengajian diampu oleh anak H Fathul Bari, H Jufri," jelasnya.
Baca juga: Viral Video Tawuran Remaja di Gresik, Polisi Turun Tangan
Menariknya, masjid itu dibangun bertujuan untuk membangkitkan umat muslim di kawasan Desa Karangsuko, Kecamatan Pagelaran dan Desa Sukosari, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang.
Pasalnya, menurut Qibtiyah, warga di dua desa tersebut banyak yang enggan shalat dan belajar agama Islam, meski mayoritas warga beragama islam.
"Sebaliknya, warga-warga di sini sukanya berjudi dan melakukan maksiat," katanya.
Seiring berjalannya waktu, kegiatan ibadah masjid yang sehari-harinya dipimpin oleh KH. Latifi dan pengajian yang diampu oleh H Jufri mulai menarik minat masyarakat.
Baca juga: Rumah Warga di Jalan Muharto Ambrol, Pemkot Malang Cari Tempat Pengungsian Sementara
"Warga-warga di sini yang dulunya tidak pernah shalat, mulai rajin shalat," katanya.
"Berikut pemuda-pemuda di sini juga semakin lama semakin rajin mengaji," sambungnya.
Kini, berkat masjid itu warga sekitar semakin taat beragama.
Banyak pemuda-pemuda di Desa Karangsuko Kecamatan Pagelaran dan Desa Sukosari Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang berstatus santri.
"Pemuda-pemuda di sini banyak nyantri-nyantri Pondok-Pondok Pesantren ternama di Indonesia. Kemudian ketika pulang ke sini mereka mengajar di lembaga-lembaga sekolah sekitar sini," pungkasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.