Terlihat dalam iring-iringan, sosok nyentrik Mak Lampir dan orang berpakaian ala kerajaan dengan membawa ular di bahunya.
Sekretaris Desa Penanggal, Mufidun Alamin mengatakan adanya dua sosok nyentrik tersebut merupakan perpaduan budaya Gunung Semeru dan Gunung Merapi.
"Mak lampir kan identik dengan merapi, sedangkan kalau semeru identik dengan ularnya. Karena di sini juga banyak relawan yang dari Jogja, maka coba kita kolaborasikan," terang Amin.
Amin menambahkan acara yang digelar sejak sore tadi menjadi bentuk rasa syukur yang dipanjatkan penyintas karena telah selamat dari bencana erupsi Gunung Semeru pada 4 Desember 2021 silam.
"Ini bukti rasa syukur para penyintas yang tinggal di pengungsian Desa Penanggal karena mereka telah terselamatkan dari erupsi Gunung Semeru pada Desember silam," kata dia.
Baca juga: Gunung Semeru Alami 24 Kali Erupsi dalam 12 Jam, Status Siaga
Sementara itu, Munah salah satu penyintas asal Dusun Curah Kobokan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo mengaku senang dan terhibur dengan adanya kegiatan ini.
Sebab, telah lebih dari 3 bulan lamanya ia tinggal di pengungsian.
"Senang, hiburan juga ini karena kan bosan di sini sudah lama juga, jadi memang butuh hiburan seperti ini," ungkapnya.
Kemeriahan di lapangan Desa Penanggal tidak selesai sampai di situ. Malam nanti, para penyintas masih akan mendapatkan hiburan berupa pentas seni yang berasal dari penyintas bencana, relawan, dan masyarakat setempat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.