LUMAJANG, KOMPAS.com - Dampak dari letusan Gunung Semeru pada 4 Desember 2021, belum usai. Tak hanya korban jiwa dan rumah warga yang rusak, tetapi juga sejumlah jembatan.
Seperti Jembatan Jugosari yang menghubungkan Desa Jugosari dan Dusun Sumberlangsep, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, yang ikut terbawa derasnya banjir lahar Semeru.
Kondisi tersebut membuat Dusun Sumberlangsep terisolasi. Pasalnya, Jembatan Jugosari merupakan akses satu-satunya yang paling dekat untuk sampai ke Candipuro.
Bukan hanya bantuan logistik dan aktivitas ekonomi warga yang terganggu. Anak-anak yang ingin berangkat sekolah pun juga kesulitan.
Masalahnya, anak-anak di sana bersekolah di SDN Jugosari 3. Siswa yang tinggal di Dusun Sumberlangsep harus menyeberangi sungai setelah Jembatan Jugosari runtuh.
"Saya kalau berangkat sekolah tiap pagi sampai di laharan digendong sama bapak karena arusnya deras," kata Nina, salah satu siswa SDN Jugosari 3.
Momen Aranka berswafoto usai membantu menyebrangkan dua siswa SDN Jugosari 3 di samping Jembatan Jugosari.
Aranka (19), relawan asal Bandung, datang ke Lumajang setelah mendapat tugas dari Pondok Pesantren Salman Al-Farisi Solo untuk mengajar mengaji anak-anak di Taman Pendidikan Al-Quran di Dusun Sumberlangsep.
Sudah tiga minggu Aranka bersama temannya mengajar di TPA tersebut pada siang hari. Awalnya, mereka hanya mengajar anak-anak dan melakukan trauma healing.
Baca juga: Hampir Setahun, Korban Gempa Malang di Lumajang Belum Terima Bantuan
Namun, Aranka dan teman-temannya tergerak melihat semangat anak-anak Dusun Sumberlangsep untuk belajar ke sekolah yang berada di desa seberang.
Mereka tetap berangkat setiap hari meski harus melewati aliran lahar.
"Melihat semangat anak-anak walaupun kondisi seperti ini tapi tetap semangat sekolah kami tergerak untuk membantu mereka supaya bisa sampai ke seberang dengan selamat," kata Aranka di Lumajang, Selasa (8/3/2022).
Aranka bersama temannya dan warga lain, menyeberangkan siswa SDN Jugosari 3 mulai pukul 06.15 WIB sampai 06.45 WIB. Aranka dan warga lainnya menggendong siswa itu satu per satu.
"Biasanya kalau pagi mulai jam 06.15 sudah mulai, nanti selesainya sekitar jam 06.45," tambahnya.
Ketika waktu pulang sekolah, Aranka dan warga lainnya juga hadir memastikan anak-anak bisa sampai ke seberang.
"Biasanya habis zuhur kita sudah siap. Kalau airnya surut mereka nyeberang sendiri, kalau pas deras kita bantu," ucapnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.