Tak hanya itu Upacara Nyadar juga bertujuan sebagai syiar Islam.
Hal itu dapat dilihat dari salah satu agenda dalam upacara yaitu pembacaan naskah-naskah kuno.
Upacara Nyadar dilakukan di tempat khusus yang sudah ditentukan sejak zaman dahulu.
Nyadar pertama dan kedua akan dilakukan di sekitar makam atau asta Syekh Anggasuta, Syekh Kabasa, Syekh Dukun, dan Sykeh Bangsa.
Makam-makam para leluhur itu ada di Desa Kebundadap Barat, Sumenep.
Sedangkan Upacara Nyadar ketiga dilakukan di Desa Pinggirpapas tempat pertama kali pengolahan garam dilakukan.
Upacara Nyadar pertama dilakukan pada waktu dimulainya pembuatan garam, yaitu sekitar bulan Juli.
Biasanya, upacara pertama ini dilakukan antara tanggal 13-19 dalam kalender hijriah, karena masyarakat mayoritas memeluk agama Islam.
Waktu Upacara Nyadar kedua dilakukan satu bulan setelah upacara pertama dengan ketentuan tanggal yang sama.
Begitu pula dengan Upacara Nyadar ketiga yang dilakukan satu bulan setelah upacara kedua.
Tak hanya tempatnya yang berbeda, Nyadar ketiga juga memiliki perbedaan secara prosesi.
Dalam upacara ketiga ini masyarakat tidak melakukan ziarah ke makam para leluhur seperti upacara pertama dan kedua.
Sebagai gantinya, pada malam hari masyarakat akan membaca layang atau naskah kuno yang dikenal dengan Macapat.
Cerita yang dibacakan berupa Jatiswara, yaitu kisah jalannya nyawa dan raga dari perjalanan hidup manusia.
Berikutnya akan dibacakan cerita Sampurnaning Sembah, yaitu kisah jalannya bakti manusia kepada Sang Pencipta.
Keesokan paginya, masyarakat akan menggelar upacara rasulan.
Masyarakat akan membawa makanan dalam piring keramik, yang akan dibacakan doa dan dimakan bersama-sama.
Sumber:
Jatimprov.go.id
UM.ac.id