Joko menceritakan, selama pawai ogoh-ogoh, terdapat seorang narator yang menerangkan pengertian dan tujuan diselenggarakannya acara tersebut dalam perayaan Nyepi.
Saat rombongan pembawa jenazah lewat, narator pun berhenti berbicara, dan pembawa ogoh-ogoh dengan sendirinya berhenti bergerak.
Setelah posisi keranda jauh, mereka menggoyang-goyangkan lagi tandu ogoh-ogoh.
Joko mengatakan, penonton pawai ogoh-ogoh itu juga berasal dari masyarakat lintas agama. Warga di dusunnya terdiri dari umat Hindu, Islam dan Kristen.
Menurut Joko, sikap toleransi antar umat beragama di desanya sejauh ini mengalir dengan sendirinya, tanpa intervensi pemerintah desa.
"Tidak ada yang memandu, sudah seperti itu sendiri, mengalir, tidak ada intruksi desa. Bagi saya (toleransi muncuk karena) rata-rata orangnya memiliki intelektualitas," kata Joko lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.