Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Khofifah Optimistis Reog Ponorogo Diakui sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda

Kompas.com - 27/02/2022, 08:21 WIB
Muhlis Al Alawi,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

PONOROGO, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indarparawansa optimistis kesenian reog Ponorogo lolos diakui sebagai budaya dunia tak benda oleh UNESCO.

Pasalnya, saat ini reog sudah masuk dalam nominasi tunggal untuk diusulkan masuk sebagai warisan budaya tak benda (WBtB) atau untangible culture heritage (ICH) yang didaftarkan ke UNESCO 2023.

Baca juga: Tari Reog Ponorogo: Sejarah, Makna, Iringan, dan Properti

Berdasarkan lokakarya pengusulan ICH UNESCO pada 15-16 Februari 2022 di Jakarta, reog Ponorogo masuk dalam daftar untuk diusulkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia ke United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).

Reog Ponorogo masuk dalam kategori nominasi tunggal bersama tempe dan budaya sehat jamu.

“Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi mengusulkan reog Ponorogo sebagai nominasi tunggal ke UNESCO masuk warisan budaya tak benda. Untuk itu kita akan support Reog Ponorogo,” ujar Khofifah saat menghadiri Kenduri Seni Reog Ponorogo di Kota Ponorogo, Sabtu (26/2/2022) malam.

Mantan Menteri Sosial ini menyebut reog menjadi nominasi tunggal dan layak mendapat predikat warisan budaya tak benda karena kesenian itu hanya di Ponorogo.

Kendati reog dimainkan di berbagai penjuru daerah maka tetap disebut asalnya dari Ponorogo.

“Mengapa disebut nominasi tunggal. Karena hanya ada di Ponorogo. Kalau ada reog ditampilkan di Ponorogo di Palu maka tetap disebut Reog Ponorogo. Bukan Reog Palu. Itulah yang menjadikan mengapa Reog Ponorogo diberikan nama nominasi tunggal,” jelas Khofifah.

Menurut Khofifah, pekerjaan rumah yang dulu belum terselesaikan saat itu yakni penggunaan kulit harimau dan bulu burung merak pada kesenian Reog Ponorogo.

Namun, saat ini kedua masalah itu sudah diselesaikan setelah Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko menjelaskan kepada UNESCO.

“Dulu persoalanya lantaran bulu merak yang dipakai dalam aksesoris reog. Kemudian bupati dapat menjelaskan kepada UNESCO,” kata Khofifah.

Khofifah menjelaskan, bulu merak itu bukan diambil atau dicabut dari burung merak.

Namun bulu itu didapatkan setelah lepas sendiri dari burung merak. Kemudian untuk kulit harimau diganti kulit kambing yang kemudikan dibentuk seperti kulit harimau.

Dari jawaban tersebut, kata Khofifah, ia optimistis UNESCO akan menetapkan Reog Ponorogo.

Ia pun meminta semua pihak berdoa dan mendukung agar Reog Ponorogo ditetapkan sebagai sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO tahun depan.

“Nah dua ini terjawab dan meyakinkan UNESCO. Maka Insya Allah atas dukungan kita semua mudah-mudahan lolos oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia,” ungkap Khofifah.

Sementara itu Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko menyatakan, Pemkab Ponorogo akan berjuang keras agar Reog Ponorogo menjadi warisan budaya tak benda yang diakui dunia.

Baca juga: Tari Reog Ponorogo, Kisah Melamar Putri Kediri hingga Media Dakwah

Terlebih saat ini Reog Ponorogo sudah masuk nominasi tunggal untuk diusulkan sebagai WBTB di UNESCO.

“Kami akan berjuang habis-habisan agar dunia mengakui Reog Ponorogo,” kata Sugiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perselingkuhan Istri Kades dengan Sekdes di Tuban yang Berujung Maut

Perselingkuhan Istri Kades dengan Sekdes di Tuban yang Berujung Maut

Surabaya
Paskah, Gereja Katolik Katedral Surabaya Siapkan Kuota 5.000 Jemaat

Paskah, Gereja Katolik Katedral Surabaya Siapkan Kuota 5.000 Jemaat

Surabaya
Penyebab Sekjen PDI-P Hasto Dilaporkan ke Polresta Banyuwangi

Penyebab Sekjen PDI-P Hasto Dilaporkan ke Polresta Banyuwangi

Surabaya
Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Lamongan untuk Lebaran 2024

Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Lamongan untuk Lebaran 2024

Surabaya
Gunung Semeru Luncurkan Awan Panas, Warga Diminta Tak Beraktivitas di Besuk Kobokan

Gunung Semeru Luncurkan Awan Panas, Warga Diminta Tak Beraktivitas di Besuk Kobokan

Surabaya
Pakar Pendidikan Nilai Kampus Sebenarnya Bisa Antisipasi TPPO Modus 'Ferienjob'

Pakar Pendidikan Nilai Kampus Sebenarnya Bisa Antisipasi TPPO Modus "Ferienjob"

Surabaya
Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Mojokerto untuk Lebaran 2024

Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Mojokerto untuk Lebaran 2024

Surabaya
Kasus Pembunuhan Sekdes di Tuban, dalam Sidang, Istri Pelaku Akui Selingkuh dengan Korban

Kasus Pembunuhan Sekdes di Tuban, dalam Sidang, Istri Pelaku Akui Selingkuh dengan Korban

Surabaya
Harga Daging Sapi di Banyuwangi Stabil Jelang Lebaran 2024

Harga Daging Sapi di Banyuwangi Stabil Jelang Lebaran 2024

Surabaya
Polisi Trenggalek Sita Pikap Ronda Sahur dan Akan Kembalikan usai Lebaran

Polisi Trenggalek Sita Pikap Ronda Sahur dan Akan Kembalikan usai Lebaran

Surabaya
Stigma Ganda Ibu Tunggal di Balik Kisah Pemuda Autis Sendirian Temani Jasad Ibunda Berhari-hari

Stigma Ganda Ibu Tunggal di Balik Kisah Pemuda Autis Sendirian Temani Jasad Ibunda Berhari-hari

Surabaya
Ribuan Warga di Malang Antre Tukar Uang, Ada yang dari Pukul 4 Subuh

Ribuan Warga di Malang Antre Tukar Uang, Ada yang dari Pukul 4 Subuh

Surabaya
Produksi Beras di Madiun Meningkat, Triwulan Pertama Capai 41.815 Ton

Produksi Beras di Madiun Meningkat, Triwulan Pertama Capai 41.815 Ton

Surabaya
Titik Rawan Macet 38 Kabupaten Kota di Jatim 2024 Versi Polda

Titik Rawan Macet 38 Kabupaten Kota di Jatim 2024 Versi Polda

Surabaya
Pemkab Banyuwangi Sidak Pasar dan RPH Pastikan Daging Aman Dikonsumsi

Pemkab Banyuwangi Sidak Pasar dan RPH Pastikan Daging Aman Dikonsumsi

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com