KOMPAS.com - Dengan mata berkaca-kaca, Diana, istri Bripda Febriyan Duwi, duduk di depan meja petugas Tim Disaster Victim Investigation (DVI), Minggu (13/2/2022).
Dia sejatinya belum percaya, pria yang baru menikahinya setahun lalu, tewas dalam ritual maut di Pantai Payangan, Jember, Minggu dini hari.
Bripda Febriyan Duwi merupakan anggota Polsek Pujer, Bondowoso. Pangkatnya adalah seorang bintara.
"Betul dia bawahan saya," kata Kapolsek Pujer, AKP Iswahyudi, singkat.
Diana terus meneteskan air mata. Ibu mertuanya mencoba menenangkan.
Diana mengatakan, Febriyan sempat pamit ke dirinya untuk pergi ke Pantai Payangan. Febri mengirim ucapan pamit ke Diana dalam obrolan telepon.
"Bilangnya cuma mau pergi ke pantai. Tidak bilang kalau ada ritual," ujar Diana.
Selama ini, Diana dan suami jarang tinggal satu rumah. Febri dinas di Bondowoso, sedangkan Diana kerja di Probolinggo.
"Selama ini gak ada yang aneh sama suamiku," pungkas Diana sembari menyeka air matanya.
Menurut Kapolsek Ambulu, AKP Maruf, dari keterangan saksi yang sudah diperiksa terlebih dahulu, ada 20 orang anggota kelompok yang turun di tepi pantai.
Dua puluh orang itu berdiri dengan siku saling digandengkan.
"Sedangkan yang empat menunggu di atas," imbuh AKP Maruf.
Empat orang yang tak ikut ritual adalah sopir dan tiga petinggi kelompok. Mereka berdiri di kawasan pasir yang lebih tinggi.
Baca juga: Mengenal Pantai Payangan yang Jadi Lokasi Ritual Maut di Jember, Ada Teluk Berbentuk Hati
"Saat masih berdiri itulah, ombak besar datang. Waktu kejadian sekitar pukul 00.30-01.00 WIB dini hari tadi," lanjut Kapolsek.
Padahal Saladin, juru kunci makam Bukit Samboja, sudah mengingatkan mereka. Saladin menuturkan, kelompok itu sudah mengatakan kepadanya, meminta izin melakukan ritual.