Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Kelompok Tunggal Jati Nusantara dan Ritual Maut di Pantai Jember dari Kacamata Sosiolog

Kompas.com - 14/02/2022, 14:43 WIB
Pythag Kurniati

Penulis

JEMBER, KOMPAS.com- Sebuah kelompok bernama Tunggal Jati Nusantara menggelar ritual berujung maut di Pantai Payangan, Jember, Jawa Timur, Minggu (14/2/2022) dini hari.

Dalam peristiwa itu, 11 dari 23 tiga orang yang terlibat dalam ritual tewas terseret ombak.

Baca juga: Air Mata Istri Polisi yang Jadi Korban Ritual Maut di Jember, Sebut Suaminya Sempat Pamit ke Pantai

Kelompok ritual dan rasional nilai parokial

Penggelar ritual tersebut yakni kelompok Tunggal Jati Nusantara yang berada di Desa Dukuh Mencek, Kecamatan Sukorambi, Jember, Jawa Timur.

Berdasarkan keterangan Kepala Desa Mencek Nanda Setiawan, pemimpin kelompok yang bernama Hasan, bukan kiai atau ustaz.

Pemimpin kelompok diketahui bekerja sebagai MC acara dangdut hingga berjualan daring.

Dia sering menggelar kegiatan di ruang tamu rumahnya. Mulanya pihak desa tidak menaruh curiga lantaran kegiatan awalnya berisi zikir hingga selawat. 

Baca juga: Sang Ibu Tewas dalam Ritual Maut di Jember, Anak: Ma, Kenapa Tinggalin Aku?

Ternyata, setelah ditelusuri, ritual di pantai yang diyakini bisa melancarkan usaha itu juga tak hanya digelar sekali.

Dosen Program Studi Sosiologi FISIP Universitas Sebelas Maret (UNS) Drajat Tri Kartono menjelaskan, dalam ilmu sosiologi, tindakan masyarakat mendatangi hingga mengikuti ritual semacam itu disebut rasional nilai parokial.

"Rasional nilai itu dasarnya adalah keyakinan saja," katanya saat dihubungi Kompas.com melalui telepon, Senin (14/2/2022).

Baca juga: Sosok Pemimpin Tunggal Jati Nusantara, Kelompok Penggelar Ritual Maut di Jember, Bekerja Jadi MC Dangdut dan Jualan Online

Tim SAR gabungan membawa korban terseret arus di Pantai Payangan, Desa Sumberejo, Ambulu, Jember, Jawa Timur, Minggu (13/2/2022). Sebanyak 24 orang dari Kelompok Tunggal Jati Nusantara terseret arus Pantai Payangan mengakibatkan 11 orang meninggal dunia, satu orang dalam pencarian dan 13 orang selamatANTARA FOTO/WAHYU Tim SAR gabungan membawa korban terseret arus di Pantai Payangan, Desa Sumberejo, Ambulu, Jember, Jawa Timur, Minggu (13/2/2022). Sebanyak 24 orang dari Kelompok Tunggal Jati Nusantara terseret arus Pantai Payangan mengakibatkan 11 orang meninggal dunia, satu orang dalam pencarian dan 13 orang selamat
Ada keyakinan bahwa setiap orang yang datang (pada kelompok tersebut) akan mendapatkan jalan keluar dari segala persoalannya.

"Misalnya, kalau sakit ya sembuh, kalau miskin ya kaya," katanya.

Sedangkan rasional nilai parokial, lanjut Drajat, sampai ke tahap tidak memerhatikan siapa orang yang mereka datangi. Warga hanya berharap akan menemukan apa yang dia inginkan ketika datang.

"Kayaknya orang, masyarakat ini berada pada posisi rasional nilai parokial, dia tidak melihat siapa ini (pemimpin kelompok). Bahwa ada yang memberi tahu dan mengikuti saja," ujarnya.

Baca juga: Sebelum Tragedi Ritual Maut di Jember Renggut 11 Nyawa, Petugas Pantai Sudah Peringatkan soal Ombak Tinggi

 

Fenomena ini berbeda dari rasional instrumental.

"Kalau rasional instrumental itu ya kalau mau punya uang ya harus kerja, kalau mau dapat ijazah ya kuliah, kalau mau berobat ya orang yang didatangi harus punya ilmunya," tutur Drajat.

 

Persoalan masyarakat dan keputusasaan

Tim SAR gabungan melakukan pencarian korban terseret arus di Pantai Payangan, Desa Sumberejo, Ambulu, Jember, Jawa Timur, Minggu (13/2/2022). Sebanyak 24 orang dari Kelompok Tunggal Jati Nusantara terseret arus Pantai Payangan mengakibatkan sepuluh orang meninggal dunia, satu orang dalam pencarian dan 13 orang selamat.ANTARA FOTO/WAHYU Tim SAR gabungan melakukan pencarian korban terseret arus di Pantai Payangan, Desa Sumberejo, Ambulu, Jember, Jawa Timur, Minggu (13/2/2022). Sebanyak 24 orang dari Kelompok Tunggal Jati Nusantara terseret arus Pantai Payangan mengakibatkan sepuluh orang meninggal dunia, satu orang dalam pencarian dan 13 orang selamat.

Berdasarkan keterangan Kepala Desa, kelompok ini sudah melakukan kegiatan dua tahun lalu atau sejak pandemi Covid-19 melanda.

Drajat menilai, ketika pandemi, masyarakat menghadapi sebuah situasi ketidakpastian.

Warga dihadapkan pada tekanan ekonomi, pekerjaan, hingga kesehatan.

"Maka ketika jalur formal, jalur di lembaga yang kompeten tidak bisa didatangi, mereka akan pergi ke jalur alternatif seperti ini. Apalagi jika masuk berdasarkan rasional nilai, mereka akan menyerahkan diri secara total, termasuk tidak memikirkan risiko," katanya.

Baca juga: Apa Itu Kelompok Tunggal Jati Nusantara, Penggelar Ritual Berujung Tewasnya 11 Orang di Jember?

Menurutnya, ada dua langkah yang bisa ditempuh supaya kejadian serupa tak lagi terulang.

Pertama, yakni dengan mengedukasi masyarakat, khususnya mereka di wilayah-wilayah yang belum banyak terjangkau informasi.

"Kedua, penegakan hukum, moral, sosial. Kesbangpol, MUI atau forum kerukunan umat beragama, harus banyak aktif supaya kalau ada masalah seperti ini ada saluran lapornya," kata dia.

Baca juga: Anggota Polisi Bondowoso Jadi Korban Ritual Maut di Pantai Payangan Jember

Jika didapati laporan, maka pihak berwenang tersebut bisa mengundang dan mengajak bicara kelompok bersangkutan.

"Kalau urusan kepercayaan maka tidak bisa langsung disetop begitu saja. Tapi diajak dialog, diajak bicara, menyimpang tidak dari ajaran agama, membahayakan hidup orang tidak, ada penipuan tidak," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus DBD di Kabupaten Malang Meningkat Capai 905 Orang, 10 di Antaranya Meninggal

Kasus DBD di Kabupaten Malang Meningkat Capai 905 Orang, 10 di Antaranya Meninggal

Surabaya
Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Surabaya
Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Sedang

Surabaya
Bertengkar dengan Istri, Ayah di Situbondo Aniaya Balitanya

Bertengkar dengan Istri, Ayah di Situbondo Aniaya Balitanya

Surabaya
Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Surabaya
Perselingkuhan Istri Kades dengan Sekdes di Tuban yang Berujung Maut

Perselingkuhan Istri Kades dengan Sekdes di Tuban yang Berujung Maut

Surabaya
Paskah, Gereja Katolik Katedral Surabaya Siapkan Kuota 5.000 Jemaat

Paskah, Gereja Katolik Katedral Surabaya Siapkan Kuota 5.000 Jemaat

Surabaya
Penyebab Sekjen PDI-P Hasto Dilaporkan ke Polresta Banyuwangi

Penyebab Sekjen PDI-P Hasto Dilaporkan ke Polresta Banyuwangi

Surabaya
Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Lamongan untuk Lebaran 2024

Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Lamongan untuk Lebaran 2024

Surabaya
Gunung Semeru Luncurkan Awan Panas, Warga Diminta Tak Beraktivitas di Besuk Kobokan

Gunung Semeru Luncurkan Awan Panas, Warga Diminta Tak Beraktivitas di Besuk Kobokan

Surabaya
Pakar Pendidikan Nilai Kampus Sebenarnya Bisa Antisipasi TPPO Modus 'Ferienjob'

Pakar Pendidikan Nilai Kampus Sebenarnya Bisa Antisipasi TPPO Modus "Ferienjob"

Surabaya
Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Mojokerto untuk Lebaran 2024

Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Mojokerto untuk Lebaran 2024

Surabaya
Kasus Pembunuhan Sekdes di Tuban, dalam Sidang, Istri Pelaku Akui Selingkuh dengan Korban

Kasus Pembunuhan Sekdes di Tuban, dalam Sidang, Istri Pelaku Akui Selingkuh dengan Korban

Surabaya
Harga Daging Sapi di Banyuwangi Stabil Jelang Lebaran 2024

Harga Daging Sapi di Banyuwangi Stabil Jelang Lebaran 2024

Surabaya
Polisi Trenggalek Sita Pikap Ronda Sahur dan Akan Kembalikan usai Lebaran

Polisi Trenggalek Sita Pikap Ronda Sahur dan Akan Kembalikan usai Lebaran

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com