JEMBER, KOMPAS.com- Sebuah kelompok bernama Tunggal Jati Nusantara menggelar ritual berujung maut di Pantai Payangan, Jember, Jawa Timur, Minggu (14/2/2022) dini hari.
Dalam peristiwa itu, 11 dari 23 tiga orang yang terlibat dalam ritual tewas terseret ombak.
Baca juga: Air Mata Istri Polisi yang Jadi Korban Ritual Maut di Jember, Sebut Suaminya Sempat Pamit ke Pantai
Penggelar ritual tersebut yakni kelompok Tunggal Jati Nusantara yang berada di Desa Dukuh Mencek, Kecamatan Sukorambi, Jember, Jawa Timur.
Berdasarkan keterangan Kepala Desa Mencek Nanda Setiawan, pemimpin kelompok yang bernama Hasan, bukan kiai atau ustaz.
Pemimpin kelompok diketahui bekerja sebagai MC acara dangdut hingga berjualan daring.
Dia sering menggelar kegiatan di ruang tamu rumahnya. Mulanya pihak desa tidak menaruh curiga lantaran kegiatan awalnya berisi zikir hingga selawat.
Baca juga: Sang Ibu Tewas dalam Ritual Maut di Jember, Anak: Ma, Kenapa Tinggalin Aku?
Ternyata, setelah ditelusuri, ritual di pantai yang diyakini bisa melancarkan usaha itu juga tak hanya digelar sekali.
Dosen Program Studi Sosiologi FISIP Universitas Sebelas Maret (UNS) Drajat Tri Kartono menjelaskan, dalam ilmu sosiologi, tindakan masyarakat mendatangi hingga mengikuti ritual semacam itu disebut rasional nilai parokial.
"Rasional nilai itu dasarnya adalah keyakinan saja," katanya saat dihubungi Kompas.com melalui telepon, Senin (14/2/2022).
"Misalnya, kalau sakit ya sembuh, kalau miskin ya kaya," katanya.
Sedangkan rasional nilai parokial, lanjut Drajat, sampai ke tahap tidak memerhatikan siapa orang yang mereka datangi. Warga hanya berharap akan menemukan apa yang dia inginkan ketika datang.
"Kayaknya orang, masyarakat ini berada pada posisi rasional nilai parokial, dia tidak melihat siapa ini (pemimpin kelompok). Bahwa ada yang memberi tahu dan mengikuti saja," ujarnya.