SURABAYA, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengecek ketersediaan minyak goreng di pasar modern dan ritel. Hasilnya, Khofifah mendapati ketersediaan pasokan minyak goreng masih terkendala.
Bahkan, harga minyak goreng di pasaran masih di atas harga eceran tertinggi (HET).
"Beberapa kali saya sampaikan masalahnya sejauh ini adalah terkait rantai pasok minyak goreng. Saya sempat cek pasar, belakangan ini ritel modern banyak yang tidak dapat suplai, bahkan sampai seminggu tidak ada suplai," ucap Khofifah, Selasa (8/1/2022).
Baca juga: Lika-liku Warga Berburu Minyak Goreng Murah, Tak Kebagian Stok hingga demi Suami
Khofifah mengetahui ada persoalan di rantai pasok setelah mendatangi PT Wilmar Nabati Indonesia, salah satu produsen minyak goreng yang ada di Gresik, Jawa Timur pada Senin (7/2/2022).
Khofifah mengaku sengaja mengunjungi pabrik tersebut bersama Forkopimda Jawa Timur untuk memastikan kelangkaan minyak goreng di pasaran. Menurutnya, produksi minyak goreng di pabrik tersebut normal.
"Maka saya bersama Kapolda dan Pangdam datang kemarin, dalam rangka ingin memastikan kondisi dari produsen bagaimana. Nah, ternyata produksinya berjalan seperti sedia kala, tidak ada persoalan," ucapnya.
Baca juga: Khofifah Ungkap Penyebab Kelangkaan Minyak Goreng di Jatim, Sebut Pengiriman Distributor Terlambat
Karena itu, Khofifah mengatakan, minyak goreng di pasaran langka disebabkan oleh rantai pasok yang bermasalah atau yang disebutnya dengan missing link.
Menurutnya, kelangkaan minyak goreng sering terjadi di ritel dan toko modern. Sementara di toko kecil dan di pasar minyak goreng tersedia namun dengan harga yang jauh di atas HET.
"Missing link-nya ini di mana? apakah di distributor atau di mana. Maka kita punya kewajiban untuk bisa mengamankan kebijkan presiden yang ingin menguatkan daya beli masyarakat dengan HET minyak goreng adalah Rp 11.500 per liter untuk curah, Rp 13.500 untuk yang kemasan biasa dan Rp 14.000 untuk yang premium," jelasnya.