Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potensi Budidaya Tanaman Hias di Kota Batu, Rutin Ekspor ke Negara di Asia dan Eropa

Kompas.com - 31/01/2022, 12:41 WIB
Nugraha Perdana,
Andi Hartik

Tim Redaksi

"Biasanya kan umumnya anggrek, sekarang itu ada yang punya anthurium, syngonium, sanseviera dan lainnya itu bisa dibandrol hingga harga puluhan juta rupiah kalau bentuknya langka dan unik atau susah dicari karena ada yang antar jenis dikawinkan menghasilkan jenis tanaman hias baru," katanya.

Wahyuda Eldin Octaviano, seorang pelaku tanaman hias jenis bonsai mengaku, setiap bulan rata-rata mendapat penghasilan bersih sekitar Rp 30 juta. Wahyu mengaku menjual tanaman hias dari Rp 50.000 hingga Rp 1 juta.

Wahyu juga sudah ekspor tanaman hias ke Belanda, Perancis, Jerman, Malaysia, India.

Baca juga: Truk Masuk Jurang di Kota Batu akibat Rem Blong, Sopir Tewas Terjepit

"Jadi kirimnya saya itu sedikit saja barangnya tidak sampai satu kontainer, karena kalau banyak khawatir barangnya kemudian rusak karena prosesnya panjang ada karantina juga," katanya.

Selain itu, selama ini untuk kegiatan ekspor kerap terkendala dengan aturan soal jenis tanaman yang dilindungi. Dia mencontohkan tanaman hias jenis cemara udang. Tanaman endemik asal Madura itu merupakan salah satu bonsai yang tidak bisa dikirim ke luar negeri.

 

Kedala proses karantina tanaman

Kabid Perdagangan pada Diskoperindag Kota Batu, Nurbianto mengatakan, komoditas ekspor unggulan di Kota Batu masih didominasi oleh tanaman hias dengan menyumbang perputaran uang sekitar Rp 6 miliar pada tahun 2020 lalu.

Meski begitu, Nurbianto mengaku masih ada kendala karena ada beberapa jenis tanaman hias yang belum bisa dikirim ke luar negeri meskipun permintaannya tinggi.

"Seperti philodendron atau kuping gajah, lalu anthurium, ada alocasia atau jenis talas itu dihentikan ke negara-negara Asia Timur seperti Jepang dan Korea," katanya.

Baca juga: Alun-alun Kota Batu, Sejarah dan Bianglala

Penyebabnya adalah karena Badan Karantina Pertanian pada Kementerian Pertanian (Kementan) menilai tanaman hias tersebut mengandung bakteri nematoda. Penghentian ekspor tanaman hias itu terjadi sejak April 2021 lalu.

Meski begitu, para eksportir masih bisa melakukan ekspor ke negara-negara lainnya seperti Belanda, Thailand, Singapura dan Malaysia.

"Permasalahan lainnya seperti aturan dari BKSDA untuk tanaman spesies yang bukan campuran rekayasa genetika masih dianggap dilindungi sehingga tidak boleh dikirim ke negara lainnya, salah satunya anggrek padahal jenis tanaman itu sering dibudayakan oleh masyarakat," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mobil Angkutan Siswa di Blitar Tabrakan Beruntun, 7 Orang Terluka

Mobil Angkutan Siswa di Blitar Tabrakan Beruntun, 7 Orang Terluka

Surabaya
Kakak Adik Buat Sabu di Rumah Kontrakan Pasuruan, Pelaku Berdalih Bisnis Kosmetik

Kakak Adik Buat Sabu di Rumah Kontrakan Pasuruan, Pelaku Berdalih Bisnis Kosmetik

Surabaya
Setelah 6 Jam, Kebakaran GM Plaza Lumajang Berhasil Dipadamkan

Setelah 6 Jam, Kebakaran GM Plaza Lumajang Berhasil Dipadamkan

Surabaya
PDI-P Beri Ruang Pertama untuk Petahana pada Pilkada Kabupaten Malang 2024

PDI-P Beri Ruang Pertama untuk Petahana pada Pilkada Kabupaten Malang 2024

Surabaya
Cerita di Balik Video Pertunangan Bocah 7 Tahun di Madura, Berawal dari Janji di Tanah Suci 8 Tahun Lalu

Cerita di Balik Video Pertunangan Bocah 7 Tahun di Madura, Berawal dari Janji di Tanah Suci 8 Tahun Lalu

Surabaya
Polisi Cabuli Anak Tiri Selama 4 Tahun, Nenek Korban: Hukum, Pecat, Tak Ada Ampun

Polisi Cabuli Anak Tiri Selama 4 Tahun, Nenek Korban: Hukum, Pecat, Tak Ada Ampun

Surabaya
Anak Anggota DPRD Surabaya Terseret Kasus Dugaan Penganiayaan, Bermula Kaca Mobilnya Dilempar Batu

Anak Anggota DPRD Surabaya Terseret Kasus Dugaan Penganiayaan, Bermula Kaca Mobilnya Dilempar Batu

Surabaya
Rumah Via Vallen di Sidoarjo Digeruduk Orang, Adik Diduga Tersangkut Kasus Gadai Motor

Rumah Via Vallen di Sidoarjo Digeruduk Orang, Adik Diduga Tersangkut Kasus Gadai Motor

Surabaya
Kebakaran GM Plaza Lumajang, 1 Satpam Dilarikan ke RS akibat Sesak Napas

Kebakaran GM Plaza Lumajang, 1 Satpam Dilarikan ke RS akibat Sesak Napas

Surabaya
 Pilu, Bocah 15 Tahun di Surabaya 4 Tahun Jadi Korban Kekerasan Seksual Ayah Tiri yang Berprofesi Polisi

Pilu, Bocah 15 Tahun di Surabaya 4 Tahun Jadi Korban Kekerasan Seksual Ayah Tiri yang Berprofesi Polisi

Surabaya
Kesaksian Pemilik Rumah di Pasuruan yang Dijadikan Tempat Produksi Narkotika: Bilangnya Usaha Kosmetik

Kesaksian Pemilik Rumah di Pasuruan yang Dijadikan Tempat Produksi Narkotika: Bilangnya Usaha Kosmetik

Surabaya
Rumah Terbakar di Jember, Penghuni Lansia Tewas Saat Berupaya Padamkan Api

Rumah Terbakar di Jember, Penghuni Lansia Tewas Saat Berupaya Padamkan Api

Surabaya
4 Tahun Cabuli Anak Tiri, Oknum Polisi Surabaya Berlutut agar Laporan Dicabut

4 Tahun Cabuli Anak Tiri, Oknum Polisi Surabaya Berlutut agar Laporan Dicabut

Surabaya
Mensos Risma Minta Pemkab Lumajang Lebih Tanggap Antisipasi Bencana, Bandingkan dengan Penanganan Merapi

Mensos Risma Minta Pemkab Lumajang Lebih Tanggap Antisipasi Bencana, Bandingkan dengan Penanganan Merapi

Surabaya
Istri Napi Jalankan Bisnis Pembuatan Sabu Skala Rumahan, Dikendalikan Suami dari Lapas

Istri Napi Jalankan Bisnis Pembuatan Sabu Skala Rumahan, Dikendalikan Suami dari Lapas

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com