KOMPAS.com - Banyuwangi merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur, yang letaknya di ujung timur pulau Jawa.
Kabupaten Banyuwangi berdiri pada tahun 1950, namun Hari Jadi Banyuwangi ditetapkan pada 18 Desember 1771.
Banyuwangi merupakan salah satu daerah yang termasuk dalam kawasan Tapal Kuda. Istilah ini merujuk pada bentuk kawasan yang mirip tapal kaki kuda.
Baca juga: Banyuwangi Festival 2022 Sajikan 99 Atraksi Selama Setahun ke Depan
Berikut 7 fakta menarik tentang Kabupaten Banyuwangi yang harus diketahui:
1. Kabupaten Terluas di Jawa Timur
Banyuwangi merupakan kabupaten terluas di Provinsi Jawa Timur, dengan luas wilayah mencapai 5.782,50 kilometer persegi.
Dari angka tersebut, dapat disimpulkan bahwa Kabuaten Banyuwangi lebih luas dibandingkan dengan Pulau Bali yang luasnya 5.636,66 kilometer persegi.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Banyuwangi merupakan area hutan, yang luasnya mencapai 183.396,34 hektare atau 31,72 persen dari total luas kabupaten ini.
Kawasan persawahan di Banyuwangi seluas 66.152 hektare (11,44%), perkembunan 82.143,63 hektare (14,21%), dan permukiman 127.454,22 hektare (22,04%).
Panjang garis pantai Kabupaten Banyuwangi sekitar 175,8 kilometer, dan memiliki 10 buah pulau.
Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan Situbondo di utara, Selat Bali di timur, Samudera Indonesia di selatan, dan Jember serta Bondowoso di barat.
Baca juga: 7 Fakta Menarik Kalimantan Timur, Provinsi Ibu Kota Baru Nusantara, yang Dihuni 6 Persen Lansia
2. Sejarahnya Diawali Kerajaan Blambangan
Sejarah Kabupaten Banyuwangi diawali oleh Kerajaan Blambangan yang bercorak Hindu.
Kerajaan Blambangan ini merupakan kerajaan besar sekaligus kerajaan bercorak Hindu terakhir di pulau Jawa.
Kerajaan Blambangan diperkirakan berdiir pada akhir masa Kerajaan Majapahit.
Dulunya, wilayah Blambangan ini termasuk vasal Majapahit dan menjadi pelarian Bhre Wirabhumi saat terjadi perebutan tahta Majapahit.
Pada tahun 1478, keluarga Kertabhumi juga melarikan diri ke Blambangan. Rombongan pelarian ini dipimpin oleh Miruda.
Lembu Miruda kemudian mendirikan pertapaan Watuputih di Hutan Blambangan. Dia berdoa agar keturunannya ada yang menjadi raja.
Doanya itu terkabul. Pada abad ke-16, cucu Lembu Miruda yang bernama Bima Koncar meneguhkan diri sebagai Raja Blambangan.