Pada abad ke-17 sampai 18, Ludruk Bandhan ini berkembang menjadi pertunjukan Lerok Pak Santik.
Baca juga: Ludruk Sampek Entay
Lerok merupakan alat musik yang dipetik seperti kecapi, sementara Pak Santik merujuk pada tokoh yang memperbarui Ludruk.
Dalam pertunjukan, Pak Santik akan dirias sedemikian rupa, menggunakan ikat kepala, dan membiarkan dadanya terbuka.
Selama pertunjukan itu dia akan bercerita menumpahkan isi hatinya. Sesekali juga menirukan bunyi alat musik, dan kakinya dihentakkan hingga menimbulkan bunyi “gedrak-gedruk”.
Dari sinilah kemudian Lerok ini menjelma menjadi Ludruk, yang diambil dari bunyi hentakan kaki pemain Lerok.
Perkembangan berikutnya, Lerok ini lebih dikenal dengan nama Besutan.
Besut berasal dari bahasa Jawa yang berarti mbesut atau membersihkan kotoran, menghaluskan, atau mengulas.
Dari Besutan itu kemudian berkembang menjadi Ludruk seperti yang dikenal hingga saat ini.
Adapun perkembangan Ludruk sebagai kesenian seperti saat ini tidak lepas dari sosok yang bernama Cak Durasim.
Pada masa pendudukan Jepang, Cak Durasim memperkenalkan seni pertunjukan yang mirip dengan Besutan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanKunjungi kanal-kanal Sonora.id
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.