Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pohon di Taman Sritanjung Banyuwangi Tumbang, Cuaca Buruk Berpotensi Terjadi hingga Februari

Kompas.com - 19/01/2022, 12:01 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ahmad Su'udi ,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Pohon Sritanjung berdiameter 50 centimeter di Taman Sritanjung, Kecamatan/Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, roboh Selasa (18/1/2022) sore.

Pohon menimpa atap kamar mandi umum di taman tersebut. Tidak ada korban luka dalam kejadian tersebut.

Namun, peristiwa yang sama juga terjadi di dua titik lain di Kecamatan Banyuwangi, dan dua titik di Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi.

Pohon-pohon yang roboh melintang di jalan, serta menimpa kabel listrik PLN dan warung milik seorang warga.

Kepala Bidang Kedaruratan Dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi Rachmat Ari Pratama mengatakan, pohoh-pohon tumbang langsung dievakuasi.

"Sudah terevakuasi dengan segera sore," kata Ari, saat dihubungi, Selasa.

Baca juga: Pasar Bajulmati Banyuwangi Terbakar, Pedagang Terdampak Segera Direlokasi

Menurut Rachmat, banyaknya pohon tumbang di Kabupaten Banyuwangi disebabkan hujan deras dan angin kencang.

BPBD Banyuwangi mengimbau masyarakat mewaspadai pohon yang rawan roboh di sekitar tempat tinggal masing-masing.

"Ya, segera responsif terhadap sekitar, pohon, dan segera melaporkan kalau dirasa perlu perampasan (pemotongan dahan)," kata Ari.

Prakiraan cuaca BMKG

Sementara itu, Prakirawan Cuaca BMKG Banyuwangi Ibnu Haryo menambahkan, cuaca buruk berpotensi terjadi hingga akhir Februari.

Hal ini sesuai dengan kondisi Indonesia yang memasuki puncak musim hujan pada Januari dan Februari 2022.

Di sisi lain kemiringan sumbu rotasi Bumi menyebabkan sisi selatan garis Katulistiwa di Indonesia lebih hangat, dan kepadatan udara lebih renggang.

Hal itu menyebabkan udara dari utara dengan kepadatan yang lebih tinggi bergerak mengarah ke selatan. Ditambah munculnya gaya Coriolis di angkasa Indonesia yang membelokkan arah laju angin.

"Itu menyebabkan pertemuan aliran udara yang menyebabkan pembentukan awan konvektif di wilayah Indonesia, khususnya wilayah Jawa Timur, apalagi wilayah Banyuwangi," kata Ibnu, di kantornya, Selasa.

Awan konvektif atau awan cumolonimbus (CB) bisa menyebabkan hujan lebat, yang disertai angin kencang dan petir.

Ia menambahkan, jika terjadi di darat bisa menimbulkan puting beliung, dan di laut bisa menimbulkan waterspout.

Dampak paling buruk biasanya terjadi jika awan cumolonimbus tumbuh dan berkembang hingga fase jenuhnya.

Baca juga: Petani di Banyuwangi Temukan Jenazah Lansia Hanyut di Sungai

Dalam keadaan itu, awan cumolonimbus akan memuntahkan atau menjatuhkan seluruh muatannya ke bawah berupa badai sesaat.

"Awan cumolonimbus bertumbuh-bertumbuh, kalau sudah memasuki fase jenuh, di situlah dia akan menjatuhkan semua muatannya. Jadi kalau ada awan CB tinggi itu bisa muncul angin kencang, disertai petir," ucap Ibnu.

Saat muncul awan cumolonimbus, pihaknya menyarankan masyarakat berlindung dan tidak berada di ruang terbuka seperti lapangan.

Lantaran manusia memiliki gelombang elektron yang bisa memunculkan ruang aliran petir ke tubuh manusia tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mantan Wabup Bondowoso Ikut Penjaringan Calon Bupati Blitar melalui PDI-P

Mantan Wabup Bondowoso Ikut Penjaringan Calon Bupati Blitar melalui PDI-P

Surabaya
Mendagri: Mas Gibran Tak Dapat Satyalancana, tapi Penghargaan Lain

Mendagri: Mas Gibran Tak Dapat Satyalancana, tapi Penghargaan Lain

Surabaya
Banjir Lahar Semeru Kembali Menerjang, 11 Rumah Terdampak

Banjir Lahar Semeru Kembali Menerjang, 11 Rumah Terdampak

Surabaya
Usai Cekik Istrinya, Suami di Tuban Datangi Kantor Polisi dan Minta Izin Menginap

Usai Cekik Istrinya, Suami di Tuban Datangi Kantor Polisi dan Minta Izin Menginap

Surabaya
Gibran Tak Hadiri Penyematan Penghargaan Satyalancana di Surabaya

Gibran Tak Hadiri Penyematan Penghargaan Satyalancana di Surabaya

Surabaya
Soal Adik Via Vallen Diduga Terlibat Penggelapan Motor, Keluarga: Kami Enggak Tahu Keberadaannya

Soal Adik Via Vallen Diduga Terlibat Penggelapan Motor, Keluarga: Kami Enggak Tahu Keberadaannya

Surabaya
Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Surabaya
Mobil Pribadi Masuk dan Terjebak di Sabana Bromo, TNBTS: Sudah Dapat Teguran Keras

Mobil Pribadi Masuk dan Terjebak di Sabana Bromo, TNBTS: Sudah Dapat Teguran Keras

Surabaya
Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Surabaya
Surabaya Dijaga Ketat karena Dikunjungi oleh Sejumlah Kepala Daerah di Indonesia Hari Ini

Surabaya Dijaga Ketat karena Dikunjungi oleh Sejumlah Kepala Daerah di Indonesia Hari Ini

Surabaya
Remaja di Banyuwangi Hanyut ke Sungai Usai Jatuh Saat Naik Motor

Remaja di Banyuwangi Hanyut ke Sungai Usai Jatuh Saat Naik Motor

Surabaya
Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Surabaya
Mari Donasi untuk Kakek Jumadi dan Rehan, Ayah dan Anak di Lumajang Tinggal di Pondok Bekas Tempat Memasak Air Nira

Mari Donasi untuk Kakek Jumadi dan Rehan, Ayah dan Anak di Lumajang Tinggal di Pondok Bekas Tempat Memasak Air Nira

Surabaya
Empat Kendaraan di Banyuwangi Alami Kecelakaan Beruntun

Empat Kendaraan di Banyuwangi Alami Kecelakaan Beruntun

Surabaya
Sepeda Motor Terlindas Pikup di Madiun, Ibu dan Anak Tewas

Sepeda Motor Terlindas Pikup di Madiun, Ibu dan Anak Tewas

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com