Beruntung seorang teman lain yang merasa iba, mengambilkan alat bantu jalan dan menyerahkannya kembali pada korban.
Namun pelaku yang juga teman sekelas korban tak menghentikan aksinya.
Dia mendekati korban dan menendang kakinya yang belum benar-benar sembuh.
Hasilnya korban merasa kesakitan, namun baru bisa diperiksakan ke rumah sakit beberapa hari kemudian, karena menunggu jadwal dokter bedah yang menanganinya.
Baca juga: Misteri Mayat Pria Bertato Garuda di Banyuwangi, Diduga Masih Hidup Saat Terjun ke Sungai
Dari pemeriksaan di RS Fatimah Banyuwangi, diketahui terdapat infeksi pada bekas luka patah tulang di paha korban.
"Entah kejadiannya saat itu atau mungkin berselang berapa waktu, dengan cara mungkin sengaja dan tidak sengaja, pada saat yang luka kakinya patah itu duduk, yang luka disaruk, entah pakai lutut entah pakai kaki," kata Dalyono lagi.
Selanjutnya, pihak rumah sakit melakukan operasi pemotongan tulang paha korban sepanjang 4 sentimeter agar infeksi tidak menjalar.
Baca juga: Terungkap, Identitas Mayat Pria Bertato Garuda yang Hanyut di Sungai Banyuwangi
Atas jasa penanganan medis tersebut, orang tua korban harus membayar Rp 20 juta.
Di sisi lain pelaku dan orang tuanya tidak mau tahu dan tidak hendak bertanggung jawab atas kejadian itu.
Padahal saksi mata dan pelaku telah mengakui bahwa penendangan itu betul-betul terjadi.
Baca juga: Tahun Ini, Susi Air Mulai Layani Rute Sumenep-Banyuwangi
Namun tak ada ucapan maaf yang di terima korban dan keluarganya.
Mediasi antar orangtua siswa pun telah dilakukan oleh pihak sekolah.
Namun Imam sebagai ayah korban tidak merasa puas, hingga melaporkan hal itu ke kepolisian.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.