Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mpu Tantular: Agama, Kitab, dan Semboyan Bhineka Tunggal Ika

Kompas.com - 08/01/2022, 20:40 WIB
Dini Daniswari

Penulis

KOMPAS.com - Mpu Tantular adalah pujangga ternama Sastra Jawa. Mpu Tantular merupakan pengarang Kitab Sutasoma

Mpu Tantular hidup di zaman Majapahit pada abad ke 14 pada pemintahan Raja Rajasanagara (Hayam Wuruk).

Nama Tantular terdiri dari dua kata, yaitu tan (tidak) dan tular (terpengaruh). Dengan demikian, menurut namanya berarti seorang mpu (cendekiawan, pemikir, pujangga) yang berpendirian teguh dan tidak mudah terpengaruh siapun.

Mpu Tantular adalah penganut agama Buddha. Namun, dia terbuka dengan agama lain terutama agama Hindu-Siwa.

Hal ini terlihat dari dua kitab karangannya yang ternama, yaitu Kitab Arjunawiwaha dan terutama Kitab Sutasoma.

Baca juga: Kitab Sutasoma: Pengarang, Isi, dan Bhinneka Tunggal Ika

Mpu Tantular dan Kitab Sutasoma

Keberadan Kitab Sutasoma menjadi penting karena kitab ini berisikan pengetahuan tentang bagaimana hubungan antara Budhisme-Mahayana dan Hindu-Siwaisme di zaman kerajaan Majapahit.

Walaupun, Kitab Sutasoma identik dengan sastra Buddha, sang pujangga tidak ragu menampilkan suatu cara dimana Budhisme-Mahayana dan Hindu-Siwaisme terus hidup berdampingan, mencari titik temu, dan menepaki kesejatian yang tunggal.

Di sisi lain, Mpu Tantular menyadari bahwa Budhisme-Mahayana dan Hindu-Siwaisme merupakan praktik ritus dan teologi yang berbeda satu dengan yang lain.

Namun saat berbicara tujuan tertingginya, Mpu tantular menyadari bahwa teologi Budhisme-Mahayana dan Hindu-Siwaisme itu niscaya tiba pada realitas yang satu dan sama.

Menurut pandangan Hendrik Kern (1833-1917), seorang orientalis dan ahli bahasa Sanskerta berkebangsaan Belanda kelahiran Purworejo, Hindia Belanda. Mpu Tantular adalah orang pertama yang menulis tentang terjadinya fenomena sinkretisme atau campuran antara Hindu-Shiwaisme dan Budhaisme-Mahayana.

Baca juga: Wisnuwardhana, Penguasa Singasari yang Menurunkan Raja-raja Majapahit

Pada titik ini tak dipungkiri, bahwa Mpu Tantular adalah pujangga besar. Meskipun hidup di zaman Majapahit, namun pemikirannya sudah melompat jauh ke depan.

Di abad ke 14, Mpu Tantular sudah meletakkan fondasi titik temu teologis dalam khasanah keagamaan di Nusantara.

Menariknya, A Teeuw and Stuart Owen Robson (1983) dalam Kunjarakarna Dharmakathana: Liberation thoigh the Law of Buddha pernah memaparkan, hingga kini agama Hindu-Siwaisme dan Buddha-Mahayana dari era Kerajaan Majapahit masih menemukan kontinuitasnya di Bali. Senyawa kedua agama di Bali ini dikenal dengan sebutan Siwa-Buddha.

Kitab Sutasoma yang ditulis Mpu Tantular sekitar 1350 an, isi pesannya terus bergulir hingga saat ini dan membingkai negara Indonesia. Bhineka Tunggal Ika merupakan potongan bait dalam Kitab Sutasoma, yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

Sumber: https://p2k.unkris.ac.id/en3/3065-2962/ dan https://www.indonesia.go.id/r

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bandara Dhoho Kediri Layani 1.155 Penumpang hingga H+6 Lebaran

Bandara Dhoho Kediri Layani 1.155 Penumpang hingga H+6 Lebaran

Surabaya
Konser MAFEST Volume 3 Batal, Pembeli Tiket Minta Uang Kembali

Konser MAFEST Volume 3 Batal, Pembeli Tiket Minta Uang Kembali

Surabaya
Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Malang Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Surabaya
Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Surabaya Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Surabaya
Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Surabaya
Hutan Pinus Loji Blitar: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Hutan Pinus Loji Blitar: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Surabaya
Bocah di Lamongan Tewas Usai Terpeleset di Telaga

Bocah di Lamongan Tewas Usai Terpeleset di Telaga

Surabaya
Anggota Geng di Surabaya Bersujud dan Menangis di Hadapan Ibunya

Anggota Geng di Surabaya Bersujud dan Menangis di Hadapan Ibunya

Surabaya
Jelang Lebaran Ketupat, Polisi Trenggalek Amankan 135 Balon Udara Berbagai Ukuran

Jelang Lebaran Ketupat, Polisi Trenggalek Amankan 135 Balon Udara Berbagai Ukuran

Surabaya
Riyoyo Kupat, Tradisi Lebaran Ketupat di Lamongan dan Gresik

Riyoyo Kupat, Tradisi Lebaran Ketupat di Lamongan dan Gresik

Surabaya
Viral TKW asal Madura Bawa Emas 3 Kilo Diminta Bea Cukai Bayar Pajak Rp 360 Juta

Viral TKW asal Madura Bawa Emas 3 Kilo Diminta Bea Cukai Bayar Pajak Rp 360 Juta

Surabaya
Mengenal Sejarah Lebaran Ketupat di Kecamatan Durenan Trenggalek

Mengenal Sejarah Lebaran Ketupat di Kecamatan Durenan Trenggalek

Surabaya
Wisatawan Bandel Mandi di Pantai Paseban, Relawan Ingatkan Bahaya Pakai Kantong Jenazah

Wisatawan Bandel Mandi di Pantai Paseban, Relawan Ingatkan Bahaya Pakai Kantong Jenazah

Surabaya
Pemuda Banyuwangi yang Hanyut di Sungai Ditemukan Meninggal 1,5 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Pemuda Banyuwangi yang Hanyut di Sungai Ditemukan Meninggal 1,5 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Surabaya
Gempa M 5,0 Tuban Terasa sampai Surabaya

Gempa M 5,0 Tuban Terasa sampai Surabaya

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com