KOMPAS.com - Andreas Prasetyo merupakan salah satu pelaku usaha yang terdampak pandemi Covid-19. Usaha suvenir pernikahan yang digelutinya hampir mati karena pandemi.
Kini, Andreas menggeluti usaha yang jauh berbeda. Ia membuat tas berbentuk masker N95.
Dalam dua bulan, lebih dari 1.000 tas berbentuk masker itu berhasil dijual.
Sambutan pasar atas produk barunya itu membuatnya kaget. Andreas tak menyangka bisa menjual lebih dari 1.000 tas dalam waktu kurang dari dua bulan.
Andreas menceritakan, ide pembuatan tas masker itu muncul seperti mukjizat. Ide itu datang dari situasi yang mengharuskan semua orang mematuhi protokol kesehatan karena pandemi Covid-19.
"Semoga ini semacam blessing in disguise. Jadi akibat pandemi ini, semoga menjadi awal saya memperbesar usaha dengan merambah produk fashion," kata Andreas saat berbincang di tempat usahanya, Selasa (16/3/2021).
Andreas menceritakan awal mula ide membuat tas berbentuk masker itu muncul. Saat itu, Andreas dan sejumlah karyawannya sedang menggelar rapat di Desa Sanankulon, Kecamatan Sanankulon, Kabupaten Blitar, pada akhir 2020.
Baca juga: Mulai 1 April, Warga Surabaya yang Ingin Mendapatkan Layanan Kesehatan Cukup Pakai KTP
Selama rapat akhir tahun, Andreas menimang masker model N95 yang selalu dipakai selama pandemi Covid-19.
Saat memegang tali pengaitnya, Andreas melihat masker itu menggantung dengan bagian penutup berada di bawah.
Sekilas, Andreas melihat masker itu seperti tas wanita yang cantik.
"Saat itu juga saya tunjukkan ke anak-anak apa yang saya pikirkan. Saya minta dibuatkan satu sampel tas dengan model masker N95 dalam posisi begini," ujar Andreas.
Beberapa sampel dibuat karyawannya hingga mendapat bentuk yang pas. Sekitar setengah bulan lalu, Andreas telah membuat 1.500 buah tas.
Tas itu memiliki bahan kain kulit imitasi jenis bottega. Terdapat dua pilihan warna, yakni hitam dan putih.
"Tapi lebih banyak yang warna putih, karena minat konsumen juga lebih banyak yang menyukai warna putih," jelas Andreas.
Andreas menyediakan dua ukuran tas, ukuran besar seharga Rp 125.000 dan kecil Rp 95.000.
Produk itu dipasarkan di media sosial dan toko online. Hasilnya, stok sebanyak 1.500 tas itu sudah hampir habis.
"Pembeli lebih banyak berasal dari luar Pulau Jawa, terbanyak dari Makasar," jelasnya.
Selama Kompas.com berada di tempat usahanya, terlihat beberapa karyawan sibuk mengemas tas berbentuk masker itu.
Selama itu, setidaknya dua kurir dari perusahaan jasa pengiriman barang datang mengambil barang yang dipesan pembeli tas produk Andreas melalui toko online.
Baca juga: Kronologi Aiptu Gede Putra Meninggal Saat Kawal Kunjungan Presiden di Bali, Tiba-tiba Pingsan di Pos
Desain tas berbentuk masker itu hampir sama persis dengan bentuk masker N95. Tas itu tak memiliki banyak aksesori.
Tas itu memiliki tali yang lebih panjang untuk memberikan kenyamanan kepada pemakainya. Terdapat tulisan Lawan Covid-19 di dekat ritsleting tas.
Kalimat berbau kampanye protokol kesehatan juga terdapat di sejumlah bagian tas, seperti Stop Covid-19, Pakai Masker, dan Stay Safe and Healthy.
"Temanya kan memang Covid-19. Sembari ikut kampanye protokol kesehatan lah," tuturnya.
Selain menyiapkan pembuatan stok baru tas maskernya, Andreas dan karyawannya sedang menyelesaikan sekitar 200 tas yang telah dipesan khusus oleh pelanggan. Para pembeli itu meminta nama mereka dibubuhkan pada tas yang dipesan.
Andreas menceritakan, usaha suvenir pernikahan sangat terdampak pandemi Covid-19. Padahal, dirinya telah mencoba berbagai inovasi untuk bertahan.
Pemesanan suvenir pernikahan dan beragam parsel mulai sepi saat pandemi menghantam.
Penjualannya makin anjlok saat pemerintah mulai memberlakukan pembatasan kegiatan sosial.
Pada akhir 2020, penjualan suvenirnya hanya laku 20 persen dari biasanya.
Baca juga: Usahanya Terdampak Pandemi, Pria Ini Buat Tas Berbentuk Masker N95, Terjual 1.000 Buah dalam 2 Bulan
"Sampai sekarang orderan suvenir pernikahan tinggal lima tiap bulan. Selama masa sebelum pandemi rata-rata kita dapat orderan untuk 25 pernikahan," ujarnya.
Menghadapi terpaan pandemi, Andreas pernah mencoba membuat terobosan dengan menawarkan paket suvenir pernikahan dengan tambahan barang yang banyak dibutuhkan selama pandemi, seperti masker dan hand sanitizer.
Namun, terobosan itu tidak banyak mengatrol penjualan.
"Sebabnya ya karena tidak ada orang yang menggelar pesta pernikahan," kata dia.
(KOMPAS.com/Asip Agus Hasani)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.