Lisa juga memilih tak mengirimkan uang selama 2 tahun ke keluarganya di Jember. Sisa gajinya ia tabung untuk modal saat pulang kampung.
Selama di Malaysia, Lisa juga belajar cara berbisnis. Ia pun belajar cara berkomunikasi hingga mendesain aksesori.
Lisa mengaku tak ingin terus menjadi buruh migran dan ingin segera pulang kampung untuk berkumpul dengan keluarganya.
Baca juga: Kata Ganjar soal TKW Terpapar Virus Corona B.1.1.7 Isolasi Mandiri di Brebes
Pada tahun 2002, Lisa kembali ke Tanah Air. Kenyataan pahit dia temukan. Sang suami ternyata menikah lagi.
Ia pun memilih tidak menyerah. Dengan modal yang ia miliki, Lisa mulai membuat kerajinan kalung, gelang, anting, dan aksesori lainnya.
Ia pun mengajak tetangga sekitar. Kerajinan yang mereka buat kemudian dijual ke Bali.
Lisa kemudian menggunakan uang tabungannya untuk menyewa ruko di Bali untuk memasarkan kerajinan yang ia buat.
Baca juga: 2 TKW yang Terkena Virus Corona B.1.1.7 Dipastikan dalam Keadaan Baik
Mulai sejak itu, produk Elisa Rainbow semakin dikenal oleh banyak orang. Selain itu banyak turis asing yang membeli.
Kemampuan Lisa berbahasa Inggris juga sangat membantu ia berkomunikasi dengan konsumen ang berasal dari berbagai negara.
“Dari sana produk saya semakin dikenal pembeli turis asing,” ucap dia.
Pada tahun 2009, usaha Lisa sempat bangkrut. Namun ia mendapat bantuan modal dari rekan bisnisnya asal Australia. Ia pun mulai kembali merintis usahanya.
“Senin kemarin saya kirim ke Amerika dan China,” kata dia.
Ia mengirim enam boks aksesori berupa jepit rambut seberat 100 kilogram.
Di 17 negara tersebut, Lisa sudah memiliki pembeli tetap dan ia akan mengirimkan barang ketika stok di negara yang bersangkutan sudah habis.