SURABAYA, KOMPAS.com - Sebagian besar warga Kota Surabaya, Jawa Timur, percaya diri bahwa rumah ibadah memiliki tingkat risiko penularan virus corona baru atau Covid-19 yang rendah.
Dalam hasil survei yang dilakukan Lapor Covid-19 (laporcovid-19.org) bersama Social Resilience Lab Nanyang Technological University (NTU), Singapura, sebanyak 40 persen responden menjawab sangat kecil dan kecil kemungkinan dirinya tertular Covid-19 di tempat ibadah.
Associate Professor Sosiologi Bencana NTU Singapura, Sulfikar Amir mengatakan, persepsi risiko kaitannya dengan ruang, yang paling rendah adalah tempat ibadah.
"Jadi, ada sekitar 40 persen yang mengatakan bahwa kemungkinannya sangat kecil dan kecil untuk terkena Covid-19 ketika mereka ke tempat ibadah," kata Sulfikar, dalam Webinar Lapor Covid-19, melalui aplikasi Zoom, Kamis (16/7/2020).
Baca juga: Survei: Mayoritas Warga Surabaya Cenderung Anggap Enteng Risiko Terkena Covid-19
Angka 40 persen ini, lebih tinggi daripada responden yang mengatakan tempat ibadah memiliki kemungkinan tertular Covid-19 sangat besar dan besar.
Menurut Sulfikar, mayoritas warga Surabaya lebih banyak yang melihat tempat ibadah relatif aman dari penularan virus corona.
Sementara 28 persen responden menjawab sedang kemungkinan dirinya tertular Covid-19 di tempat ibadah.
Ada 20 persen menjawab besar, dan 11 persen menjawab sangat besar kemungkinan tertular virus corona di tempat ibadah.
"Lebih banyak orang yang melihat tempat ibadah relatif aman dari Covid-19 dibanding mereka yang berpikir bahwa tempat itu adalah tempat yang berbahaya," ujar Sulfikar.
Sulfikar menuturkan, adanya temuan ini perlu ada penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penyebab warga Surabaya merasa aman tidak tertular Covid-19 di tempat ibadah.