Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Mahasiswa Universitas Brawijaya Soal Pemilu 2019 dan Pahlawan Demokrasi yang Gugur

Kompas.com - 27/04/2019, 09:12 WIB
Andi Hartik,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com – Pelaksanaan Pemilu 2019 masih menjadi sorotan. Selain karena adanya tuduhan kecurangan dan klaim kemenangan, jumlah petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meningal juga tidak luput dari perhatian.

Data terbaru KPU pada Jumat (26/4/2019), jumlah petugas KPPS yang meninggal mencapai 230 orang dan yang sakit mencapai 1.671 orang.

Baca juga: Sempat Dioperasi, Anggota KPPS Garut Meninggal Dunia

 

Sementara itu, Pemilu yang terpolarisasi pada dua kubu, yakni kubu pasangan nomor urut 01 Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno saling klaim kemenangan dan menuduh terdapat kecurangan.

Kompas.com mewawancarai sejumlah mahasiswa di Universitas Brawijaya di Malang, Jatim, untuk mengetahui pendapat mereka mengenai pelaksanaan Pemilu 2019. 

Berikut wawancaranya:

1. Mohammad Wiranto Aris M

Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Brawijaya (UB) Mohammad Wiranto Aris M saat diwawancara pada Jumat (26/4/2019).KOMPAS.com / ANDI HARTIK Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Brawijaya (UB) Mohammad Wiranto Aris M saat diwawancara pada Jumat (26/4/2019).
Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Brawijaya (UB) Mohammad Wiranto Aris M menilai, Komisi Pemilihan Umum (KPU) kurang maksimal dalam mempersiapkan tenaga KPPS yang akan bertugas di Tempat Pemungutan Suara (TPS).

Menurutnya, selain adanya bimbingan teknis, seharusnya KPU di daerah melakukan simulasi dan pelatihan untuk seluruh petugas KPPS. Sebab, pelaksanaan Pemilu serentak antara pemilhan presiden, DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kota/Kabupaten dan DPD masih baru pertama kali dilakukan di Indonesia.

Baca juga: Komisioner KPU RI: Pemilu Serentak Cukup yang Pertama dan Terakhir

“Pertama kurang adanya simulasi. Sebagian orang melihat pelaksanaan Pemilu ini gampang. Tapi sebetulnya perlu fisik yang kuat, dan perlu stamina yang hebat untuk mengawal Pemilu ini. Karena Pemilu 2019 ini merupakan Pemilu pertama yang surat suaranya lumayan banyak. Saya rasa perlu adanya latihan dan simulasi sebelum pelaksanaan,” katanya saat diwawancara di FTP UB pada Jumat (26/4/2019).

Secara keseluruhan, mahasiswa asal Indramayu, Jawa Barat itu menilai pelaksanaan Pemilu 2019 sudah baik meski secara tekis masih perlu ada yang diperbaiki. Terkait dengan tuduhan adanya kecurangan yang dialamatkan kepada KPU, dirinya mengaku belum menemui bukti.

“Sampai saat ini (kecurangan) masih simpang siur ya. Sebenarnya dari TPS tempat saya pilih kemarin tidak ada kecurangan. Pengawas juga ada disitu,” katanya.

2. Pandu Pakarti Bening

Pengurus Himpunan Mahasiswa Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (UB), Pandu Pakarti Bening saat diwawancara pada Jumat (26/4/2019)KOMPAS.com / ANDI HARTIK Pengurus Himpunan Mahasiswa Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (UB), Pandu Pakarti Bening saat diwawancara pada Jumat (26/4/2019)
Pengurus Himpunan Mahasiswa Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (UB), Pandu Pakarti Bening menilai, KPU di daerah harus lebih selektif dalam merektur petugas KPPS.

Jumlah lima surat suara yang harus dicoblos pada Pemilu serentak membutuhkan tenaga dan pengetahuan teknis pelaksanaan pemungutan dan penghitungan surat suara yang mempuni.

“Kalau saya boleh saran kedepannya, tetap serentak tapi dengan catatan ada pelatihan kemudian pemilihan yang benar untuk jadi KPPS. Rekrutmennya harus lebih jelas lagi, jangan asal rekrut dari RT RW gitu,” katanya.

Baca juga: Risma Berikan Pekerjaan untuk Anak Petugas KPPS yang Meninggal

Mahasiswa semester 8 yang aktif di unit kegiatan English for Specific Purposes itu menganggap secara keseluruhan pelaksanaan pemungutan suara Pemilu Serentak 2019 sudah berjalan baik.

“Walaupun masih banyak kekurangan, secara garis besar lancar. Kan kita tahu partisipasi pemilih kali ini lebih besar,” katanya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com