Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Dakota Seulawah, Ide Patungan buat Pesawat R80 Habibie (Bagian III)

Kompas.com - 01/10/2017, 08:00 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis


PATUNGAN.
Kata ini berasa Indonesia khas Indonesia banget. Dalam soal dirgantara, Indonesia ternyata juga punya sejarah patungan. Kali ini, patungan digagas pula untuk pendanaan proyek pesawat R80 yang diinisiasi BJ Habibie.

Adalah pada 1948, rakyat Aceh menyumbang sekitar 20 kilogram emas untuk dana pembelian pesawat Dakota RI-001 Seulawah, pesawat angkut pertama yang dimiliki Indonesia. Nama tersebut merupakan penghargaan atas sumbangan rakyat Aceh tersebut.

Semangat kebangsaan seperti itu sempat ditengarai redup, terutama ketika proyek-proyek strategis berguguran sejalan dengan krisis dan pemberlakuan paket ekonomi Dana Moneter Internasional (IMF) di Indonesia. Di antara proyek strategis tersebut adalah pesawat terbang.

(Baca juga bagian I dari serial tulisan ini:  Patung Pancoran, Visi Dirgantara, dan Proyek R80 Habibie)

Saat Habibie menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi, dia pernah menyatakan bahwa tak ada alasan untuk menyangsikan proyek bertujuan strategis dan berjangka panjang. Menurut dia pada waktu itu, masih saja ada kalangan yang menyangsikan proyek-proyek ini, padahal tidak perlu.

Pernyataan tersebut disampaikan Habibie kepada para wartawan setelah menutup Rapat Koordinasi Industri Strategis III di Bandung, Jawa Barat, Kamis (24/10/1991). Saat itu dia juga berkata, tak peduli siapa yang menyangsikan proyek strategis tersebut, tetapi yang jelas putra Indonesia telah mampu membangun industri dengan teknologi tinggi.

"Tugas kita termasuk Anda (menunjuk wartawan- red), berusaha meyakinkan masyarakat Indonesia tentang pentingnya pembangunan industri strategis," ujar Habibie, seperti dikutip dalam artikel berjudul “Proyek-proyek Strategis, Tak Perlu Disangsikan” di harian Kompas edisi Sabtu (26/10/1991).

Pengunjung mencermati detail perjalanan sejarah dirgantara yang menjadi salah satu isi pameran ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Habibie Festival 2017 di JIEXPO, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (7/8/2017). Bekraf Habibie Festival 2017 diselenggarakan mulai 7 hingga 13 Agustus 2017. Karya-karya monumental BJ Habibie hadir di antara produk lebih dari 100 perusahaan dan komunitas yang turut meramaikan festival dengan beragam aktivitas aktual terkait perkembangan iptek di Indonesia.KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG Pengunjung mencermati detail perjalanan sejarah dirgantara yang menjadi salah satu isi pameran ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Habibie Festival 2017 di JIEXPO, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (7/8/2017). Bekraf Habibie Festival 2017 diselenggarakan mulai 7 hingga 13 Agustus 2017. Karya-karya monumental BJ Habibie hadir di antara produk lebih dari 100 perusahaan dan komunitas yang turut meramaikan festival dengan beragam aktivitas aktual terkait perkembangan iptek di Indonesia.

Krisis ekonomi global pada 1997-1998 memang tak terbayangkan terjadi ketika Habibie bicara di situ. Sederet bukti kemampuan putra-putri bangsa di bidang industri berteknologi tinggi pun dia sebutkan, termasuk kepercayaan pembuatan sebagian komponen pesawat tempur F-16. Tantangan pemenuhan kebutuhan teknologi tinggi di dalam negeri dia jabarkan pula.

Waktu berjalan, Habibie ternyata masih kekeuh dengan visi-nya soal industri strategis. Sekalipun tak lagi jadi pejabat negara, dia berinisiasi membangun lagi pesawat terbang produk Indonesia. Kali ini lewat PT Regio Aviasi Industri (RAI), yaitu dengan proyek pesawat R80.

Patungan buat R80

Yang paling unik dari proyek pesawat R80 yang diinisiasi Habibie adalah ajakan kepada bangsa Indonesia untuk patungan mengongkosi pembuatan pesawat ini. Penggalangan dana dilakukan dengan menggandeng Kitabisa.com.

(Baca juga: Ikut Patungan, Foto Donatur Bakal Terpampang di Badan Pesawat R80 Habibie)


Sejarah kehadiran pesawat Dakota RI-001 Seulawah pada 1948 menjadi rujukan pertama dari ide penggalangan dana buat pengembangan pesawat R80. Tujuannya, sekali lagi membuktikan diri bahwa Indonesia sebagai bangsa masih bisa diajak patungan untuk kejayaan negara.

“(Semangat patungan ini untuk) angkat heroisme, gotong royong, dan ini kesempatan baik untuk gotong royong. Untuk jangka panjang juga,” kata Co-Founder dan CEO Kitabisa.com Alfatih Timur, lewat pembicaraan telepon dengan Kompas.com pada akhir Agustus 2017.

Target awal penggalangan dana ini adalah Rp 5 miliar. Angka itu memang jauh dari kebutuhan pembuatan prototipe pesawat R80 yang diperkirakan mencapai Rp 200 miliar. Total kebutuhan dana untuk skala industri bahkan Rp 20 triliun.

(Baca juga: BJ Habibie Ajak Masyarakat Sumbang Dana untuk Pengembangan Pesawat R80)

Namun, kata Alfatih, nominal Rp 5 miliar sudah besar untuk sebuah penggalangan dana publik (crowdfunding) di Indonesia.

“Apalagi selama ini jarang ya ada crowdfunding untuk produk dan inovasi. Yang sering kemanusiaan, itu pun yang paling besar sekitar Rp 4 miliar,” ujar Alfatih.

Sebagai bagian dari kebanggaan yang ingin dibangun bersama atas pesawat R80, para pendonor berpeluang mendapat reward. Dengan nominal donasi terkecil Rp 100.000, misalnya, pendonor bisa memasang fotonya di badan prototipe pesawat tersebut.

Hanya dengan berdonasi Rp 100.000, foto donatur bisa nampang di badan pesawat purwarupa R80 rancangan Habibie. Kitabisa.com/Regio Aviasi Industri Hanya dengan berdonasi Rp 100.000, foto donatur bisa nampang di badan pesawat purwarupa R80 rancangan Habibie.

Bagi Habibie, patungan untuk proyek R80 juga punya arti penting. “(Ini akan) menunjukkan pada dunia, bahwa rakyat Indonesia commited, meski hanya 50.000 (orang yang memberi donasi),” kata dia.

Halaman:



Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com