Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batik Patih, Unik dengan Koin dan Beads

Kompas.com, 25 April 2011, 12:48 WIB

KOMPAS.com - Ina Indayanti tampaknya berhasil melepaskan statusnya sekadar sebagai istri aktor Jeremy Thomas, menjadi seorang perancang pakaian yang cukup berbakat. Karier barunya saat itu diawali dengan merancang pakaian muslim yang diberi label Valisya pada tahun 2005, dan menjualnya ke Dubai, Brunei Darussalam, dan Singapura. Responsnya cukup baik, sehingga Ina (kini dikenal sebagai Ina Thomas) mencoba merancang berbagai lini pakaian lainnya.

Tahun 2006, misalnya, Ina mulai mendesain pakaian dari bahan batik. Ia terjun sendiri mencari kain batik ke berbagai kota, melihat proses pembuatannya, hingga memutuskan untuk membeli dan mendesainnya menjadi pakaian sehari-hari yang nyaman digunakan. Ia juga menambahkan unsur batu-batuan dalam desain batiknya. Ciri khas koleksi pakaiannya adalah boho chic dengan potongan seksi yang elegan.

Koleksi batiknya ini juga menggunakan label Valisya. Baru pada 2009, sang suami memiliki ide untuk mengembangkan bisnis fashion Ina.

"Saya ingin mendukung istri saya agar bisnis fashion-nya bisa digeluti dengan serius. Akhirnya saya mendirikan line fashion di bawah naungan perusahaan saya, VMT Creative, dengan nama Ina Thomas," papar Jeremy pada Kompas Female, saat berbincang mengenai lini busana Ina Thomas di Luna Negra Resto, Plaza Bapindo, Jakarta, Rabu (20/4/2011) lalu.

Setelah dua tahun berdiri, kini Ina Thomas telah memiliki tiga jenis second line, yaitu Rock Darling, Patih, dan Nyai. Ketiga label ini memiliki ciri khas masing-masing. Rock Darling, misalnya, memadukan unsur rocker dan bohemian. Koleksinya terdiri atas gaun koktil, jaket kulit dengan aksen manik-manik, vest, t-shirt vintage, jeans yang robek-robek, dan banyak lagi. Aksesorinya banyak menggunakan rantai, kulit, dan tengkorak.

Label Nyai, yang juga dipasarkan di Malaysia dan Paris, menampilkan rancangan busana muslim yang tetap fashionable. Koleksinya dibuat dari bahan sutera sifon dengan bordir emas, hingga bahan print yang lebih simpel dengan warna-warna neon. Hampir semua rancangannya dilengkapi dengan perhiasan emas, kuningan, atau manik-manik yang unik.

Untuk koleksi batiknya, kini Ina menggunakan nama Patih. Ia tidak merancang motif batik, melainkan hanya memesan warna yang diinginkannya pada perajin batik di Yogyakarta, Solo, dan Garut. Ia mengagumi batik Jogja dan Solo karena desain dan warnanya yang terkesan antik dan kuno. Sedangkan batik Garut disukainya karena memiliki warna yang lebih beragam.

Ina cenderung memilih motif batik yang besar-besar, agar motifnya lebih terlihat. Dengan demikian, unsur batiknya jadi menonjol.

"Saat memesan, biasanya saya lihat dulu contoh motif dari perajin seperti apa. Lalu kalau saya suka, saya biarkan mereka berkreasi dengan motif-motif khas mereka sendiri. Saya tidak pernah ikut mendesain motif karena karya mereka unik-unik. Biasanya saya hanya minta warnanya disesuaikan dengan keinginan saya," ujar perempuan kelahiran 7 Juni 1975 ini.

Ina selalu membeli batik dalam jumlah banyak, namun tiap lembarnya memiliki motif yang berbeda. "Misalnya saya pesan 200 lembar batik, berarti ada 200 motif batik yang saya pesan, tidak ada yang sama. Semuanya saya desain jadi berbagai macam model, seperti gaun panjang, bolero, kemeja, sampai baju anak. Satu kain, satu motif, satu model, semuanya limited edition, tidak bisa diulang produksinya," ungkapnya bersemangat.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau