Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Menara Masjid, Swiss Diserang

Kompas.com, 1 Desember 2009, 03:45 WIB

geneva, senin - Hasil referendum hari Minggu (29/11) di Swiss, diikuti 100.000 orang, melarang pembangunan menara baru di setiap masjid. Larangan itu dinilai melukai perasaan umat Islam dan bertentangan dengan perjuangan pemerintah untuk meyakinkan umat Islam bahwa mereka tetap diberi ruang menjalankan agamanya di Swiss.

Pada hari Senin, reaksi dunia internasional pun bermunculan menentang hasil referendum. Bahkan, pemimpin agama Katolik di Vatikan melalui para uskup Swiss mengkritik bahwa hasil referendum yang melarang pendirian menara masjid di Swiss itu merupakan sebuah pukulan terhadap kebebasan beragama.

Antonio Maria Sveglio, Ketua Dewan Kepausan untuk Urusan Migrasi, mengatakan kepada kantor berita ANSA, Konferensi Uskup Swiss sudah menegaskan bahwa, ”manusia berada pada halaman yang sama”. Sekretaris Jenderal Felix Gmur kepada Radio Vatikan mengatakan, larangan minaret itu menyalahi hak dan kebebasan beragama. Pakistan dan Lebanon juga mengutuk hasil referendum itu.

Pemimpin Muslim di Swiss mengatakan kecewa setelah mengetahui hasil referendum tersebut. Sebab, menara merupakan salah satu sarana penting yang melekat dan menyatu pada bangunan masjid. Di sana diletakkan pengeras suara guna memanggil dan mengingatkan (azan) jemaah untuk bersembahyang.

Dikatakan, sekitar 57,5 persen peserta ikut dalam referendum itu. Semula sebanyak 53 persen diperkirakan setuju bahwa tinggi menara sebaiknya mengikuti standar yang telah ditetapkan Swiss. Ternyata hasilnya malah banyak yang memberikan suara ”tidak” setuju pembangunan menara. Sebenarnya ada juga menteri serta tokoh agama dan politik yang menentang larangan itu.

Pemerintah Swiss langsung mengatakan, pemerintah menjamin kebebasan beragama bagi 400.000 umat Islam, terutama dari negara-negara Balkan dan Turki. Dikatakan, pemerintah tidak menolak agama dan budaya Islam. Namun, hasil referendum itu justru dikutuk oleh negara- negara Islam. Bahkan, banyak negara di Eropa juga mengutuk hal itu sebagai bentuk pengekangan kebebasan beragama dan bentuk intoleransi.

 

Beberapa surat kabar Swiss mengingatkan, hasil referendum tersebut bisa menimbulkan efek amat buruk yang tidak diinginkan, misalnya kemungkinan akan adanya boikot dagang dari negara Muslim.

”Beberapa orang, yang trauma akibat krisis, mengeluarkan protes dan kecurigaan, mungkin juga sikap benci atau ketidakpercayaan akan hasil referendum. Hasil referendum itu ibarat bom,” tulis harian Le Temps.

Anggota garis keras Partai Rakyat Swiss (SVP)—partai terbesar di Swiss—dan kelompok- kelompok sayap kanan yang lain mengatakan, mereka mengusung ”inisiatif rakyat” sehingga diadakan referendum. Sekitar 100.000 pemilih yang berhak memberikan suara telah membuat petisi.

 

Mereka menghendaki amandemen konstitusi untuk melarang pembangunan menara. Tanpa menara, masjid tetap menjadi tempat sembahyang. Sumber resmi di Swiss menyebutkan, ada empat menara yang dilarang menyuarakan azan. (AFP/CAL)

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau