Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendet Tergolong Tarian Tertua di Bali

Kompas.com - 22/08/2009, 15:31 WIB

DENPASAR, KOMPAS.com — Tari pendet atau tari selamat datang merupakan salah satu tarian yang paling tua di antara tari-tarian sejenis yang ada di Pulau Dewata.

Namun, Malaysia mengklaim tari Pendet adalah produk negara itu sehingga berani menampilkannya untuk iklan pariwisata.

"Berdasarkan beberapa catatan, para ahli seni pertunjukan Bali sepakat untuk menyebutkan tahun 1950 sebagai tahun kelahiran tari Pendet," ungkap Guru Besar Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Prof Dr I Wayan Dibia di Denpasar, Sabtu (22/8).

Ia mengatakan, sejak diciptakannya tarian itu selalu dijadikan acara pembuka bagi sajian tari Bali lainnya, baik untuk suguhan para tamu-tamu penting yang datang ke Bali maupun yang ditampilkan ke mancanegara.

"Tari Pendet adalah tarian kelompok yang biasanya ditarikan oleh sekelompok remaja putri di mana setiap orang penari membawa sebuah mangkok perak (bokor) yang berisikan bunga berwarna-warni," tambahnya.

Pada akhir tariannya, mereka para penari menaburkan bunga-bunga yang mereka bawa ke arah penonton, sebagai wujud ungkapan dan ucapan selamat datang.

Mengenai penggagas dari tarian tersebut, menurut Dibia, adalah dua seniman kelahiran Desa Sumertha, Denpasar, yakni I Wayan Rindi dan Ni Ketut Reneng.

"Kedua seniman ini menciptakan tari Pendet penyambutan dengan empat orang penari untuk disajikan sebagai bagian dari pertunjukan turistik di sejumlah hotel yang ada di Denpasar, Bali," tambahnya.

Pada tahun 1961, I Wayan Beratha mengolah kembali tari Pendet tersebut menjadi polanya seperti sekarang, termasuk menambahkan jumlah penarinya menjadi lima orang.

Tahun 1962, I Wayan Beratha dan kawan-kawan menciptakan tari Pendet massal, dengan jumlah penari tidak kurang dari 800 orang, untuk ditampilkan dalam upacara pembukaan Asian Games di Jakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com