Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tugu Khatulistiwa dan Impian

Kompas.com, 4 Agustus 2008, 21:37 WIB

Khatulistiwa, Katulistiwa, Equator, Ekuator, dan berbagai variasi kata dengan berbagai kesalahan ejaan akan terbaca di tepi jalan hingga surat kabar. Ikon tugu khatulistiwa pun terlihat, mulai dari kantor swasta, rumah makan, hingga kantong belanjaan.

Bila tulisan dan ikon Khatulistiwa itu mendominasi pandangan mata, dapat dipastikan Anda telah berada di Pontianak, ibu kota Kalimantan Barat. Kota yang "terberkati" dengan dilalui garis imajiner lintang nol (0) derajat.

Meski demikian, Pemerintah Kota Pontianak tampak tidak optimal dan menyepelekan pengukuhan Khatulistiwa sebagai ikon kota. Bahkan terkesan, Pontianak baru dalam tahapan memimpikan untuk jadi kota khatulistiwa.

Lihat saja Tugu Khatulistiwa yang terletak di Siantan, Pontianak Utara. Tugu yang hanya berjarak lima kilometer dari pusat kota menuju arah Singkawang ini terlihat tidak terawat. Jangankan wisatawan, masyarakat lokal pun jarang ke sana.

Selain Tugu Khatulistiwa, memang tiada sarana pendukung lain yang dapat menjadi hiburan bagi masyarakat. Sementara tugu itu sendiri tidak dapat menjadi sumber pengetahuan yang interaktif dan menarik bagi pelajar.

Alhasil, Tugu Khatulistiwa hanya jadi onggokan batu yang didatangi untuk pertama kali kemudian orang enggan mengulanginya. Warga asli Pontianak pun seolah malu menunjukkan Tugu Khatulistiwa kepada kolega dan sanak keluarga mereka yang datang ke daerah itu.

Ketika datang dari arah Pontianak maupun Singkawang, misalnya, memasuki kompleks Tugu Khatulistiwa tak akan ada penjaga yang menyambut. Tiket masuk juga tidak ada. Jadi, dari mana sokongan dana untuk perawatan kompleks?

Dari tahun ke tahun, menurutberbagai pendapat masyarakat, terjadi pula penurunan kualitas kompleks Tugu Khatulistiwa, mulai dari hancur dan hilangnya dermaga, abrasi tepian Sungai Kapuas, hingga rusaknya taman-taman di kompleks tugu.

Kalaupun Tugu Khatulistiwa dicanangkan sebagai lokasi wisata, bahkan tiada bangku taman di kompleks ini. Beberapa kali setelah memotret senja di Sungai Kapuas, Kompas bahkan meraba-raba mencari pegangan pintu mobil lantaran kompleks gelap gulita tanpa lampu taman.

Parahnya, di kompleks Tugu Khatulistiwa ini tidak ada satu pun ruang pajang untuk menjual cenderamata khas khatulistiwa. Cenderamata harus dicari di deretan rumah toko yang berada di Jalan Teuku Umar, yang sudah berbaur dengan produk Yogyakarta dan Bali.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau