Salin Artikel

Kekompakan Porter di Stasiun Malang, Tidak Berebut Penumpang, Penghasilan Dibagi Rata

MALANG, KOMPAS.com - "Porter, porter, porter," teriak Giyono lantang, Rabu (15/3/2023). Teriakan itu diarahkan Giyono pada penumpang kereta api di Stasiun Kereta Api Kota Malang.

Saat itu, pria bernama lengkap Giyono Wahyudi itu sedang menawarkan jasanya untuk mengangkut barang bawaan penumpang. Giyono yang kini berusia 45 tahun merupakan kuli angkut atau porter di stasiun tersebut.

Tidak semua penumpang meminati jasanya. Tetapi Giyono tetap sabar dan ramah.

Giyono tak hanya menawarkan jasanya pada penumpang yang akan berangkat. Ia juga menunggu para penumpang kereta yang datang.

Sesuai aturan yang berlaku di stasiun, Giyono mengantar barang bawaan penumpang hanya sampai di sisi gerbong kereta.

Ditemui pada Rabu (15/3/2023), Giyono menyebut, total ada 20 porter di Stasiun Kereta Api Kota Malang. Mereka bekerja selama 24 jam. Namun, untuk sif malam, hanya 5 porter yang bekerja.

Penghasilan yang diterima para porter setiap hari juga tidak menentu. Upah yang didapatkan berdasarkan dari kesepakatan antara penumpang dengan porter. Terkadang, penumpang memberi uang yang cukup besar.

"Sesuai arahan dari PT KAI setiap angkutan Rp 25.000, tapi kami tidak memaksa. Kadang ada penumpang yang beri kurang dari itu karena alasannya barang bawaannya sedikit. Sering juga diberi Rp 50.000, ya bersyukur kita anggap rejeki," kata Giyono.

Giyono menyampaikan, kondisi porter di Stasiun Kota Malang tidak seperti di daerah lainnya. Mereka tidak berebut penumpang. Penghasilan yang diterima juga dibagi rata. Bila ramai angkutan, masing-masing porter bisa memperoleh penghasilan sampai Rp 175.000 dan ketika sepi hanya sekitar Rp 100.000.

"Di sini tidak seperti stasiun lainnya, kami tidak berebut, tetapi saling gotong-royong bekerja, jadi setiap hari ketika selesai uang dikumpulkan, kemudian dikurangi untuk kas dan misal ada istri atau anak porter yang sakit saling bantu, kemudian sisanya dibagi rata," katanya.

"Biasanya dua minggu sebelum hari raya dan tiga hari setelah hari raya, bisa dua kali lipat dapatnya," katanya.

Pernah dituduh mencuri

Giyono menjadi kuli angkut di Stasiun Kota Malang sejak 1999. Sebelumnya, ia bekerja sebagai cleaning service di stasiun tersebut.

Giyono memilih menjadi porter karena kontrak kerjanya sebagai cleaning service sudah selesai.

Kini, meski hanya sebagai kuli angkut, Giyono berhasil menyekolahkan anak-anaknya.

"Alhamdulillah dua anak saya sudah lulus SMK, sudah bekerja, tinggal satu belum masih sekolah," kata Giyono pada Rabu (15/3/2023).

Dalam sehari, Giyono bekerja sekitar 12 jam, mulai dari pukul 06.00 hingga 18.00 WIB. Berbagai penumpang kereta api dilayani.

"Seperti kereta yang kedatangan, itu Jayabaya sekitar pukul 06.30 WIB, yang Malabar beda 5 menit, kemudian Gajayana pukul 07.10 WIB. Terus kereta keberangkatan seperti Mataremaja pukul 08.25 WIB dan Kertanegara pukul 09.25 WIB," katanya.

Berbagai pengalaman suka dan duka menjalani pekerjaan sebagai porter juga sudah pernah dialami. Seperti barang tertinggal, dituduh mencuri dan lain sebagainya.

"Satu bulan yang lalu, angkut barang bawaan penumpang tetapi kurang, ternyata kelupaan penumpangnya itu dibawa sama saudaranya yang mengantar. Dimarahi juga pernah tetapi kami tetap sabar," katanya.

Giyono bersama porter yang lain tidak menutup mata berharap adanya kesejahteraan lebih. Namun, bagi mereka, bisa bekerja sebagai porter di Stasiun Kota Malang sudah bersyukur.

"Harapan bisa diberi upah oleh PT KAI tetap ada, tapi kami sadar diri, kami di sini istilahnya hanya menumpang cari nafkah. Kami berterima kasih juga dengan PT KAI yang banyak membantu seperti saat pandemi Covid-19 kan libur lima bulan diberi bantuan sembako, juga setiap Ramadhan setahun sekali," katanya.

https://surabaya.kompas.com/read/2023/03/15/162339478/kekompakan-porter-di-stasiun-malang-tidak-berebut-penumpang-penghasilan

Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke