Salin Artikel

Sebulan Tragedi Kanjuruhan, Mata Merah Aan Membaik, Masih Pemulihan Kaki yang Patah

Sebab, pergelangan kaki kirinya masih belum pulih total setelah mengalami patah akibat tragedi Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022) lalu.

Ia merendam kakinya dengan air hangat dan garam rutin setiap hari. Cara itu adalah tradisi warga setempat yang diyakini bisa menjadi terapi untuk anggota tubuh yang patah.

Selain patah tulang, Nur Saguanto menderita luka lebam di tubuh dan mata merah, akibat tragedi usai pertandingan Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022).

Kini, tinggal pergelangan kaki yang masih dalam pemulihan. Sedangkan luka, lebam, dan mata merahnya sudah pulih total. Tinggal tersisa bekas luka yang masih terlihat.

Dengan kondisi pergelangan kakinya tersebut, pemuda yang akrab disapa Aan itu pun masih pincang ketika berjalan.

"Ini sudah mendingan. sebelumnya saya menggunakan alat bantu untuk bisa berjalan, selama kurang lebih tiga pekan. Kata dokter, butuh sekitar waktu 4-6 bulan untuk bisa kembali berjalan normal," ungkapnya saat ditemui, Kamis.

Sementara matanya yang memerah diduga akibat gas air mata telah pulih sekitar tiga pekan. Aan mendapat obat tetes mata saat berobat Rumah Sakit Hasta Husada, Kecamatan Kepanjen.

Obat tetes mata itu dipakai sebanyak enam kali dalam sehari.

"Saat ditetesi obat tetes itu, mata saya perih sekali. Tapi semakin hari berangsur membaik," jelasnya.

Kemudian untuk anggota tubuhnya yang mengalami luka kering dalam jangka waktu sekitar 20 hari. Sedangkan rasa nyeri di sekujur tubuhnya baru hilang setelah satu bulan berselang usai tragedi Kanjuruhan.

"Selama satu bulan itu, saya rutin kontrol ke rumah sakit sebanyak enam kali, dan selalu dibekali obat. Alhamdulillah, biayanya semua gratis," ujarnya.

"Saat itu saya berada di tribune 11 bersama teman saya," terangnya.

Pingsan di saat asap gas air mata menyelimuti tribune

Namun, ia tidak bisa bercerita banyak tentang apa yang dialami sehingga mendapat luka lebam hingga patah tulang.

Sebab, saat asap gas air mata menyelimuti tribune, ia langsung pingsan di tengah kerumunan pendukung lain yang kebingungan mencari jalan keluar.

"Saya hanya ingat sebelum pingsan, mata saya perih. Saya tidak menyangka kalau itu akibat gas air mata. Justru saya kira asap yang menyelimuti itu adalah flare," ujarnya.

Aan menduga luka yang didapatnya karena terinjak-injak pendukung lain yang kebingungan mencari jalan keluar.

"Saya baru sadar ketika sudah berada di UGD Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kanjuruhan, sekitar pukul 03.00 dini hari, tanpa saya tahu siapa yang telah menolong saya," jelasnya.

Setelah sadar itu, ia lalu mengambil ponsel dan menghubungi keluarga di rumah.

"Setelah menjalani pemeriksaan selama sehari, saya sudah diperbolehkan pulang, sambil rawat jalan. Akhirnya saya di rumah hanya dirawat keluarga, sambil beberapa hari sekali kontrol ke rumah sakit," pungkasnya.

Sementara itu, ibu Aan, Dewi Fitri mengatakan saat tragedi Kanjuruhan itu pecah pada sekitar pukul 23.00 WIB, pihaknya tidak tahu dan sudah tidur di rumah.

"Saya baru bangun sekitar pukul 01.00 WIB dini hari. Melihat anak saya belum pulang, dan melihat sosial media sudah banyak status tentang tragedi itu, saya langsung membangunkan suami saya dan keluarga sekitar," ungkapnya.

Dewi mengajak suami dan saudaranya mencari keberadaan Aan. Pikiran dan hatinya pun sudah tidak menentu.

"Setiap rumah sakit di wilayah sini, termasuk RSUD Kanjuruhan sudah kami hampiri untuk mencari anak saya. Tapi tidak ketemu," jelasnya.


Aan baru ditemukan setelah menguhubungi keluarganya. Dewi pun mengaku tidak mengenali anaknya itu saat pertama kali ditemukan. Karena wajahnya lebam sekaligus membiru.

"Mungkin sebelumnya kami mencari-cari tidak ketemu itu, karena tidak mengenali Aan, dengan kondisi wajahnya itu," simpulnya.

Selama kurang lebih satu pekan pertama, Aan dirawat di rumah. Aan tidak bisa makan dan lidahnya pun mati rasa.

"Selama seminggu itu anak saya hanya makan lontong, dengan garam yang sangat banyak. Karena menurutnya ia sama sekali tidak merasakan makanan, kecuali dengan rasa asin yang berlebihan," ujarnya.

Dengan kondisi Aan yang semakin pulih, Dewi mengaku sangat bersyukur. Baginya, keselamatan anaknya dalam tragedi maut itu merupakan keberuntungan baginya.

"Beruntung anak saya masih selamat," pungkasnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/11/04/125250978/sebulan-tragedi-kanjuruhan-mata-merah-aan-membaik-masih-pemulihan-kaki-yang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke