Salin Artikel

Cerita Arif Bertani Hidroponik hingga Raup Omzet Rp 7 Juta per Bulan, Belajar Otodidak, Sempat Kesulitan Pasar

LUMAJANG, KOMPAS.com - Arif Hermawan (25), warga Kecamatan Kedungjajang, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, bisa dikatakan seorang inspirator muda. Ia rela meninggalkan pekerjaannya sebagai digital marketing salah satu perusahaan properti di Lumajang demi bertani hidroponik.

Arif mampu meraup omzet Rp 7 juta setiap bulan dari usahanya bertani. Penghasilan yang cukup besar untuk daerah seperti Lumajang.

Arif mengatakan, bertani hidroponik hanya besar modal di awal. Selanjutnya, biaya yang dikeluarkan tidak banyak. Sebab, tanaman ini tidak membutuhkan pestisida maupun pupuk.

Arif mengaku hanya butuh Rp 2 juta untuk biaya produksi setiap bulan. Biaya itu untuk membeli bibit, rockwool, nutrisi tumbuhan, hingga membayar listrik.

"Modal awal Rp 65 juta, saya pinjam bank buat bangun ladangnya ini mulai pipa hingga tutup plastik, setelah itu hanya sedikit pengeluaran, listrik hanya Rp 100.000," kata Arif saat ditemui di kebunnya, Rabu (6/7/2022).

Dengan modal itu, ia membangun ladang pertaniannya sesuai ilmu yang sudah didapatkan secara otodidak melalui tayangan di YouTube dan seminar pertanian.

Mulai dari jarak antar lubang sekitar 10 sentimeter, kemudian jarak antara tanaman dengan atap yang terbuat dari plastik bening setinggi 5 meter. Hal itu diperhatikannya secara detail.

"Atapnya lebih tinggi lebih baik tapi harus transparan karena namanya tanaman butuh sinar matahari untuk fotosintesis," tambahnya.

Pemeliharaan rutin dan detail

Selain itu, nutrisi tanaman yang digunakan yakni abmix paramudita juga tidak pernah kekurangan. Karena nutrisi itu merupakan pengganti pupuk bagi tanaman.

Ukuran nutrisi pun berbeda, tergantung usia tanaman. Untuk tanaman usia semai hingga remaja, kadar nutrisi yang diberikan sekitar 900-1000 ppm. Sedangkan untuk tanaman usia dewasa nutrisi yang diberikan sebesar 1100-1200 ppm.

"Kalau nutrisinya kelebihan berarti tinggal nambahi saja airnya, tapi kalau nutrisinya kurang ya ditambahi abmix-nya," ucapnya.

Selain melakukan pengecekan berkala terhadap nutrisi tanaman, Arif juga harus rutin memperhatikan tanamannya lantaran sering diserang hama seperti belalang.

Karena tidak menggunakan pestisida, risiko tanaman rusak diserang hama juga cukup tinggi. Oleh sebab itu, proses pengecekan sangat penting. Ia mengusir hama itu dengan cara manual, yakni dengan membuangnya satu persatu.

"Kan enggak pakai obat-obatan jadi benar-benar alami, kalau ada belalang gitu biasanya ya ngambili satu-satu dibuang," imbuhnya.

Sempat kesulitan pasar

Arif sempat kebingungan saat musim panen. Arif tidak mengetahui hendak dijual ke mana hasil tanamannya itu.

Warung demi warung dihampirinya untuk menawarkan sayuran selada organik itu. Namun, tidak sedikit yang menolaknya mentah-mentah karena harganya mahal dibanding yang dijual di pasaran.

Di pasar, warung-warung itu biasa mendapatkan harga Rp 9.000 perkilogram. Sedangkan sayur selada milik Arif dibanderol mulai harga Rp 25.000 - Rp 30.000.

Hingga akhirnya, sayuran itu dibagikan kepada sanak saudara dan tetangga dekat rumah. Ternyata, dari sana jalan rejekinya mulai terbuka.

Lebih lagi, ia juga menyediakan layanan gratis antar kepada para pelanggannya. Sehingga, pelayanan itu menjadikan pelanggannya betah.

Selain itu, para pembeli yang ingin memetik sendiri di kebunnya juga diperbolehkan. Menurutnya, dengan melihat langsung proses penanaman hingga panen merupakan cara jitu menarik ketertarikan orang untuk mulai berpindah ke tanaman hidroponik yang organik.

"Yang mau diantar bisa, mau ambil sendiri di kebun juga bisa jadi orang lebih tertarik," ucapnya.

Terus bertambah

Dari yang awalnya hanya 40 meter persegi di atap rumah, kini lahan pertanian hidroponik organik itu sudah seluas 220 meter di bekas lahan tebu. Namun, Arif masih belum puas dan ingin menambah lagi lahan pertanian ke depannya.

Ia berharap, pertaniannya itu bisa bermanfaat untuk warga sekitar dengan memberikan lapangan pekerjaan baru di ladang hidroponik miliknya.

"Mudah-mudahan bisa tambah lagi, supaya hasilnya bisa lebih banyak dan sekaligus bisa sediakan pekerjaan bagi warga sekitar," pungkasnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/07/07/172747778/cerita-arif-bertani-hidroponik-hingga-raup-omzet-rp-7-juta-per-bulan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke