Salin Artikel

Upayakan Strategi Penekanan Emisi Karbon, Menteri Siti Nurbaya Terima Gelar Profesor Kehormatan dari UB

Siti Nurbaya akan menjadi profesor ke-30 di Fakultas Pertanian, dan profesor aktif ke-167 di Universitas Brawijaya. Pengukuhan itu akan berlangsung pada Sabtu (25/6/2022) di Gedung Samanta Krida, Universitas Brawijaya.

Siti Nurbaya mengatakan, penghargaan yang diberikan bukan hanya untuk dirinya pribadi saja, melainkan juga untuk Kementerian LHK.

Menurutnya, dunia akademisi sangat penting untuk bekerja di dunia pemerintahan. Salah satunya bagaimana penerapan metode ilmiah untuk mencari solusi dalam menghadapi persoalan dan fenomena yang ada.

"Kalau pemerintah bekerja dengan metodologi, maka beberapa hal sudah bisa dikerjakan dengan baik," kata Siti Nurbaya saat ditemui awak media dalam persiapan pengukuhannya di Universitas Brawijaya pada Jumat (24/6/2022).

Baginya, makna profesor berkaitan dengan konsistensi kerja untuk terus berpikir dalam suatu aktivitas.

Nantinya saat pengukuhan, Siti Nurbaya akan menyampaikan orasi ilmiah tentang Indonesia’s Forest and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030. Indonesia menargetkan tercapainya tingkat emisi GRK (Gas Rumah Kaca) sebesar minus 140 juta ton CO2e pada 2030.

"Pengurangan emisi sektor FOLU akan sangat bergantung pada upaya seperti pengurangan emisi dari deforestasi, pengurangan emisi lahan gambut, peningkatan kapasitas hutan alam, dan berbagai upaya lainnya," katanya.

Baginya penekanan emisi GRK merupakan tanggung jawab dirinya sebagai menteri dengan berbagai kebijakan yang ada.

Disampaikannya juga bahwa Indonesia telah memiliki strategi panjang untuk mengurangi emisi karbon hingga 2050. Beberapa hal yang selama ini menjadi permasalahan adanya emisi karbon salah satunya seperti kebakaran hutan untuk pembukaan lahan gambut.

"Jadi strategi bisa dari pohon hutan, pertanian dari sistem pengolahan tanahnya, juga industri, nah disitu ada strategi masing-masing dan sudah ada," katanya.

Menurutnya di sektor kehutanan bisa dilakukan pengawasan dan merawat kelestarian pohon sehingga terjaganya ekosistem yang ada.

"Kalau hutan baik, indikatornya satwa baik sehingga ada strategi konservasi," katanya.

Selain itu, diakuinya bahwa untuk strategi di sektor energi membutuhkan upaya yang lebih dengan ongkos tidak murah. Dia mencontohkan salah satunya soal PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) yang selalu dipersoalkan menggunakan batubara.

Solusi dari permasalahan tersebut dibutuhkannya teknologi yang baik. Namun di satu sisi, hal itu juga berkaitan dengan persoalan ekonomi.

"Makanya di Indonesia kalau tidak dibantu atau pemerintah saja hanya bisa menurunkan 29 persen, tapi teknologi dan finansialnya kalau ada bisa 40 persen, yang diminta dunia kita menurunkan 45 persen, tapi kalau itu terjadi gimana ekonominya bekerja," ungkapnya.

Strategi lainnya, kata Siti, di sektor sampah perlu adanya peningkatan pengolahan secara ekonomi sirkular. Tumpukan sampah selam ini mengakibatkan adanya gas metan yang menjadi polusi.

"Jadi perlu diolah, jadi sampahnya tidak ditumpuk, tidak fermentasi tapi digunakan lagi, istilahnya di sirkular ekonomi itu juga mengurangi, belum lagi dari perindustrian, jadi strateginya seperti itu," katanya.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/06/25/092621478/upayakan-strategi-penekanan-emisi-karbon-menteri-siti-nurbaya-terima-gelar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke