Salin Artikel

Asal-usul Reog Ponorogo yang Diklaim Malaysia, Ada sejak Masa Kerajaan Majapahit

Belakangan ini, Reog Ponorogo menjadi perbincangan publik menyusul kabar rencana pemerintah Malaysia akan mengusulkan kesenian yang sama ke United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai warisan budaya di negaranya.

"Reog Ponorogo itu sudah lahir sejak ratusan tahun lalu. Saya sudah tahu sejak kecil dari mbah buyut hingga mbah canggah saya. Bahkan sebelum tahun 1.496 sudah ada Reog Ponorogo. Kalau sekarang diakui oleh negara lain (Malaysia) mereka berdasarkan cerita apa,” ujar Mbah Tobroni, biasa Ahmad Tobroni Torejo disapa, saat dihubungi Kompas.com, Senin (11/4/2022).

Menurut Mbah Tobroni, seni Reog muncul saat Raja Majapahit Brawijaya V bertahta. Pada saat itu, Raja Brawijaya kelima memiliki seorang istri bernama Putri Campa. Setelah memiliki istri Putri Campa, pemerintahan Raja Brawajiya V banyak dipengaruhi istrinya tersebut.

Banyaknya campur tangan sang istri terhadap tata pemerintahan Kerajaan Majapahit, kata Mbah Tobroni, menjadikan salah satu punggawanya Ki Ageng Surya Alam tidak menyukainya. Surya Alam lalu membuat pertunjukan seni bernama Reog sebagai bentuk sindirian kepada raja yang mudah dipengaruhi istrinya.

“Sindiran itu salah satu bentuknya Dadak Merak,” kata Mbah Tobroni.

Mbah Tobroni menyatakan, penciptaan seni budaya Reog sebagai upaya Surya Alam membentuk manusia yang kuat lahir dan batin. Hingga akhirnya manusia yang kuat lahir batin disebut dengan nama Warok.

Diklaim sejak 2006

Mbah Tobroni menuturkan, aksi klaim Malaysia terhadap seni Reog sudah terjadi sejak tahun 2006. Namun, Tobroni menyebut, saat ditanya alasan mengklaim Reog sebagai budayanya, Malaysia selalu tidak bisa menjawab.

“Malaysia sudah pernah klaim Reog sebagai budaya mereka itu sejak tahun 2006. Pertanyaannya dasarnya apa mereka mengklaim memiliki budaya itu. Ceritanya dari mana dan versinya seperti apa. Tetapi mereka tidak bisa menjawab,” tutur Tobroni.

“Seni Reog dikenalkan di Malaysia sejak warga Ponorogo bekerja sebagai tenaga kerja di sana. Untuk menghilangkan rasa kebosanan dan mengobat kerinduan keluarga mereka memainkan Reog,” jelas Tobroni.

Menurut Tobroni, Malaysia mengklaim seni Reog lantaran mengetahui Reog Ponorogo tak menjadi prioritas utama dalam usulan ke UNESCO. Hal ini terbukti karena pemerintah lebih mengutamakan jamu untuk diusulkan sebagai wisata budaya tak benda ke UNESCO.

“Kalau saya itu terjadi karena Reog Ponorogo dikalahkan sama jamu kemudian akhirnya Malaysia mengklaim,” kata Tobroni.

Tobroni menduga, tidak diprioritaskannya Reog Ponorogo ke UNESCO lantaran banyaknya kepentingan. Terlebih, jamu terkait dengan perdagangan yang hanya akan membesarkan perusahaan.

“Sekarang kepentignan orang itu maccm-macam. Bukan kebesaran seni yang adiluhung dan ditorehkan di UNESCO bahwa Reog itu adalah tinggalan budaya Ponorogo. Karena jamu itu perdagangan sementara Reog itu budaya. Kalau jamu tidak bisa menarik wisatawan tetapi hanya membesarkan perusahaan,” jelas Tobroni.

Menurut Tobroni, dampak Reog akan lebih besar bila diakui sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO ketimbang jamu. Pasalnya, dari budaya akan muncul aspek ekonomi berupa pertunjukkan atau tontonan yang dihadiri banyak orang seperti pertunjukan seni di Bali.

“Jadi lebih banyak mana hasil dari jamu dan hasil dari pariwisata. Pasti banyak dari pariwisata,” kata Tobroni.

Terhadap fakta itu, Tobroni meminta Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko dan DPRD Ponorogo tidak pantang menyerah untuk memperjuangkan Reog sebagai warisatan budaya tak benda ke UNESCO.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/04/11/165239878/asal-usul-reog-ponorogo-yang-diklaim-malaysia-ada-sejak-masa-kerajaan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke