Salin Artikel

Belajar dari Kasus Ibu di Jember Lempar Bayinya ke Sumur, Ini Gejala Sindrom Baby Blues

Peristiwa tersebut terjadi pada Rabu (23/3/2022) siang.

Saat itu FN sedang menidurkan bayinya. Lalu ia membawa bayinya dan melemparkan ke dalam sumur di rumahnya.

Setelah membuang bayinya, FN kembali ke kamar dan pura-pura tidur.

Penghuni rumah yakni nenek dan buyut bayi tak mengetahui jika bayi yang berusia 30 hari itu dimasukkan ke dalam sumur oleh ibu kandungnya.

FN yang bangun tidur pura-pura kaget dan panik karena bayinya hilang. Ia pun turut mencari bayinya. Bahkan ada rumor yang menyebut jika bayi tersebut diculik oleh makhluk halus.

Polisi pun melakukan pemeriksaan intensif dan FN mengakui jika melempar anaknya ke sumur yang tertutup papan.

Setelah melempar anaknya ke dalam sumur, ia kembali menutup mulut sumur dengan papan.

FN mengaku melempar anaknya ke dalam sumur karena sering di-bully dan dianggap wanita kurang sempurna karena tak memberikan ASI ke bayinya, tapi susu formula.

Selain itu, polisi menemukan masalah lain yakni keluarga mengatakan jika suami menikahi FN karena motif ekonomi.

Sehari-hari, suami FN diketahui bekerja sebagi petani.

Polisi mengatakan tak menutup kemungkinan akan meminta bantuan psikolog untuk memeriksa kejiwaan FN, termasuk apakah ia mengalami sindrom baby blues atau tidak.

Sang ibu biasanya akan merasa sedih yang hebat tanpa sebab yang jelas.

Menurutnya dalam beberapa hasil penelitian menyebutkan satu dari dua ibu yang melahirkan pernah mengalami baby blues semua ibu dan sekitar 10 persen akan berlanjut menjadi postnatal depression.

Ia juga menyebut satu dari dua ibu yang melahirkan dalam beberapa menit atau beberapa jam pertama setelah melahirkan akan merasa bahagia.

Namun dia bisa secara tiba-tiba menangis tanpa sebab selama seharian tanpa bisa dihentikan.

Depresi ringan tersebut akan hilang dengan sendirinya jika diberikan pelayanan psikologis yang baik.

Suryati mejelaskan beberapa gejala baby blues antara lain mengalami emosi yang belebihan. Salah satunya merasa sangat sedih dan diiringi tangisan tanpa alasan yang jelas.

Sang ibu merasa sangat khawatir cemas, dan tegang. Sebagian besar ibu merasa tidak enak, tidak nyaman, sakit, nyeri dan tidak ada obat yang dapat menyembuhkannya.

Mereka juga merasa sangat capek, lesu ataupun malas setelah melahirkan. Sebagian ibu juga mengalami ganguan tidur seperti sulit tidur atau tak bisa tidur sama sekali.

Menurut Suryati, baby blues disebabkan oleh banyak hal salah satunya faktor biologi dan emosional.

Sata melahirkan, terjadi perubahan kadar horman secara tiba-tiba dalam tubuh ibu. Ada hormon yang naik dan ada juga yang turun.

Selain itu banyak ibu hamil yang tidak tahu dan tidak mempersiapkan diri untuk menghadapai kelelahan pasca-melahirkan.

Rasa lelah yang berlebihan ini menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya baby blues.

Bahkan di beberapa kasus, ada ibu yang yang sebenernya tidak suka dan tidak mau untuk melahirkan.

Selain itu juga ditemui penyebab baby blues ini adalah karena kecemasan, kekhawatiran ibu karena tidak siap, tidak bisa, dan tidak mau untuk merawat bayinya sendiri.

Selain baby blues, Suryati juga menjelaskan tentang postnatal depression yakni terganggunya fungsi psikologis ibu.

Tak hanya berkaitan dengan perasaan sedih yang berlebih, namun juga diikuti dengan gejala penyertanya seperti perubahan pola hidup, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa, tak berdaya, menyalahkan diri sendiri, merasa berdosa, rasa tak berguna serta adanya gagasan ingin bunuh diri.

Suryati menulis jika sudah masuk dalam postnatal depression maka ada pemberian obat-obatan anti-depressant.

Selain itu harus ada dukungan dari suami dan keluarga untuk penyembuhan sang ibu.

Ia juga menjelaskan sang ibu yang mengalami postnatal depression harus melakukan konseling dan akan disampaikan jika depresi adalah hal yang umum terjadi pada ibu setelah melahirkan.

Dalam konseling, akan dicari penyebab stressor yang jelas atau spesisifik sehingga sang ibu bisa menghilangkan stressor yang dialami sebelumnya.

Suryati mengatakan untuk mencegah depresi pada ibu yang melahirkan adalah dengan memberikan empati, keluarga selalu dekat dengan sang ibu, tidak merasa dikucilkan, agar tidak kesepian dan tidak merasa takut.

Serta menenangkan ibu dan mengatakan selalu siap membantu ibu jika diperlukan sehingga ia merasa tenang, aman dan nyaman.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis Kontributor Jember, Bagus Supriadi | Editor: Pythag Kurniati)

https://surabaya.kompas.com/read/2022/04/05/123500578/belajar-dari-kasus-ibu-di-jember-lempar-bayinya-ke-sumur-ini-gejala-sindrom

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke