Salin Artikel

Cerita Holisa Mantan TKW Berdayakan 300 Orang di Kampungnya, Jual Kerajinan Aksesori ke 17 Negara

Sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan mantan tenaga kerja wanita.

Namun sejak pandemi, ia juga mengajak para lelaki karena banyak dari mereka yang terdampak.

Biasanya para lelaki di kampungnya bekerja sebagai kuli bangunan di Bali. Namun karena pandemi, pekerjaan di Bali berkurang.

Lisa membuka usaha kerajinan aksesoris yang diberi nama Elisa Rainbow.

Berbagai macam kerajinan seperti kalung, gelang, anting dan aksesori yang dibual Elisa Rainbow telah dijual ke 17 negara.

Ia merantau sejak tahun 1995 hingga 2002. Ia terpaksa mejadi TKW karena di desa sulit menemukan pekerjaan. Selain itu ia ingin mengubah ekonominya menjadi lebih baik.

Setahun bekerja sebagai PRT di Malaysia, gajinya tak pernah diberikan. Ia pun memilih kabur tanpa tujuan yang jelas.

Dalam pelarian, ia dibantu oleh seorang sopir yang menawari Lisa bekerja di restoran. Namun sang pemilik restoran menolak, karena Lisa adalah seorang pelarian.

Ia pun pergi ke kantor polisi untuk membuat laporan.

“Akhirnya saya datang ke kantor polisi di sana,” kata dia pada Kompas.com saat dihubungi, Kamis (4/3/2021).

Oleh polisi, ia kemudian diantar ke kantor imigrasi dan ditawari bekerja di salah satu pabrik garmen di Perlis Malaysia.

Ia pun mulai kembali bekerja dan dipercaya oleh majikannya untuk hadir di berbagai kegiatan untuk mewakili perusahaannya.

Saat bekerja, Lisa juga menyisihkan gajinya untuk kursus bahasa Inggris. Ia sengaja memilih kursus bahaha Inggris karena ada beberapa pertemuan yang mengharuskannya berkomunikasi dengan bahasa Inggris.

Lisa juga memilih tak mengirimkan uang selama 2 tahun ke keluarganya di Jember. Sisa gajinya ia tabung untuk modal saat pulang kampung.

Selama di Malaysia, Lisa juga belajar cara berbisnis. Ia pun belajar cara berkomunikasi hingga mendesain aksesori.

Lisa mengaku tak ingin terus menjadi buruh migran dan ingin segera pulang kampung untuk berkumpul dengan keluarganya.

Ia pun memilih tidak menyerah. Dengan modal yang ia miliki, Lisa mulai membuat kerajinan kalung, gelang, anting, dan aksesori lainnya.

Ia pun mengajak tetangga sekitar. Kerajinan yang mereka buat kemudian dijual ke Bali.

Lisa kemudian menggunakan uang tabungannya untuk menyewa ruko di Bali untuk memasarkan kerajinan yang ia buat.

Mulai sejak itu, produk Elisa Rainbow semakin dikenal oleh banyak orang. Selain itu banyak turis asing yang membeli.

Kemampuan Lisa berbahasa Inggris juga sangat membantu ia berkomunikasi dengan konsumen ang berasal dari berbagai negara.

“Dari sana produk saya semakin dikenal pembeli turis asing,” ucap dia.

Pada tahun 2009, usaha Lisa sempat bangkrut. Namun ia mendapat bantuan modal dari rekan bisnisnya asal Australia. Ia pun mulai kembali merintis usahanya.

“Senin kemarin saya kirim ke Amerika dan China,” kata dia.

Ia mengirim enam boks aksesori berupa jepit rambut seberat 100 kilogram.

Di 17 negara tersebut, Lisa sudah memiliki pembeli tetap dan ia akan mengirimkan barang ketika stok di negara yang bersangkutan sudah habis.

Lisa mencontohkan akan mengirim produknya ke Perancis setiap tiga bulan sekali.

Tak jarang Lisa sendiri yang mengirim barangnya ke China sembari membeli bahan untuk kerajinan.

“Awal Covid-19 sempat terganggu, namun sekarang sudah normal lagi,” kata dia.

Untuk mengembangkan usahanya, dia terus mempromosikan kerajinannya secara online.

Ia juga mengajak tetangganya yang menjadi TKW untuk pulang kampung dan ikut mengembangkan usaha kerajinan miliknya.

Pengalamannya sebagai TKW membuat ia ingin membantu meringankan beban ekonomi warga sehingga warga desa tak harus bekerja sebagai buruh migran.

Ia mengatakan, Kecamatan Ledokombo tempat tinggalnya adalah kantong buruh migran di Jawa Timur.

“Ada TKW yang baru pulang tahun 2020 kemarin, saya ajak bergabung,” tutur dia. Sebab, TKW tersebut tidak berhasil bekerja di tanah rantau lalu kembali.

Akhirnya Lisa memberikan semangat agar tidak menyerah mencari uang dan mengajaknya bergabung di usaha miliknya.

Biasanya mereka akan mengambil bahan ke rumah Lisa dan dibawa pulang untuk dikerjalan di rumah.

Mereka bisa bekerja bersama keluarganya. Tanpa harus merantau ke negara lain meninggalkan keluarga.

Penghasilan mereka beragam, tergantung jumlah produksinya. Bahkan mereka ada yang mengantongi uang Rp 600.000 selama seminggu.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Bagus Supriadi | Editor : Robertus Belarminus

https://surabaya.kompas.com/read/2021/03/05/121000678/cerita-holisa-mantan-tkw-berdayakan-300-orang-di-kampungnya-jual-kerajinan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke