BANGKALAN, KOMPAS.com – Di tengah hiruk-pikuk aksi unjuk rasa yang bergemuruh di depan Gedung DPRD Kabupaten Bangkalan, suasana tak hanya diwarnai orasi lantang para mahasiswa.
Di sela-sela kerumunan, pedagang asongan seperti Jimmy dan Muhammad Ridho justru menemukan peluang emas untuk mengais rezeki, membawa pemandangan berbeda di tengah aksi protes ini.
Baca juga: Kaca Pecah, Warung Tutup, Jerit Pedagang Kecil di Tengah Aksi Merusak di Ciamis
Jimmy (42), pedagang air minum, dengan penuh semangat menjajakan dagangannya di tengah lautan manusia.
Bagi pria ini, keramaian bukanlah halangan, melainkan ladang untuk mencari pelanggan. "Keramaian justru jadi lahan kami mencari pembeli," ujar dia saat ditemui Senin (1/9/2025).
Meski sempat khawatir akan potensi kericuhan—terutama setelah mendengar kabar aksi anarkis di wilayah lain yang bahkan menelan korban jiwa—Jimmy tetap teguh.
"Ya, memang khawatir, tapi mau tidak mau kita harus tetap berjualan supaya cepat laku," tambah dia.
Tak jauh dari situ, Muhammad Ridho (44), pedagang pentol asal Pamekasan, memarkir rombongnya di seberang gedung DPRD.
Baca juga: Tragedi di Gedung DPRD Makassar, Duka Mendalam untuk Abay
Dengan santai, ia mengaku tak gentar meski situasi bisa memanas. "Ya, kita niatnya cari nafkah. Apa pun risikonya, kita hadapi. Insha Allah gak takut."
"Kalau ricuh, tinggal kabur saja, rombong saya kan di atas motor," kata dia sambil terkekeh.
Ridho biasanya berjualan di sekitar SDN Mlajah 1, tetapi keramaian demonstrasi menggodanya untuk pindah sementara ke lokasi ini.
"Sudah bertahun-tahun jualan keliling, biasanya di sekolah. Ke sini karena banyak mahasiswa," ungkap dia.
Ia berharap aksi unjuk rasa hari ini tetap berjalan damai tanpa tindakan anarkis yang dapat merusak fasilitas umum. "Jangan anarkis lah, protes kan bisa disampaikan baik-baik," tutur dia.
Baca juga: Imbas Demo, Wali Murid SD di Bangkalan Jatim Tak Sekolahkan Anak
Aksi unjuk rasa di Bangkalan kali ini digelar oleh gabungan mahasiswa dari berbagai organisasi.
Mereka menuntut penghapusan tunjangan DPRD yang dinilai kurang mencerminkan empati terhadap masyarakat kebanyakan yang hidup sulit.
Sekitar pukul 13.00 WIB, massa mahasiswa menggeruduk kantor wakil rakyat dengan mengenakan almamater dan mengibarkan bendera organisasi masing-masing. Beruntung, aksi berlangsung tertib tanpa gejolak.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang