Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG Sebut Wilayah Jatim Panas Bukan karena Fenomena "Heat Wave"

Kompas.com - 02/05/2024, 18:50 WIB
Andhi Dwi Setiawan,
Andi Hartik

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut, naiknya suhu di Jawa Timur (Jatim) dalam beberapa hari terakhir bukan disebabkan oleh gelombang panas atau heat wave.

Ketua Tim Meteorologi BMKG Juanda, Shanas Prayuda mengatakan, heat wave  adalah periode cuaca dengan kenaikan suhu panas yang tidak biasa dan berlangsung lima hari berturut-turut.

"Misalnya 5 derajat celsius lebih panas dari rata-rata klimatologis suhu maksimum harian," kata Shanas ketika dikonfirmasi melalui pesan, Kamis (2/5/2024).

Baca juga: Suhu Panas Tinggi, Murid-murid di Filipina Kembali Belajar di Rumah

"Apabila suhu maksimum tersebut terjadi dalam rentang rata-ratanya (klimatologis) dan tidak berlangsung lama, maka tidak dikategorikan sebagai gelombang panas," tambahnya.

Sejumlah daerah yang berisiko dilanda heat have adalah wilayah yang terletak pada lintang menengah hingga lintang tinggi, kemudian belahan bumi bagian utara dan selatan.

Baca juga: Ramai soal Suhu Panas Disebut Bisa Sebabkan Gatal, Ini Penjelasan Dokter

Selain itu, sejumlah daerah yang wilayah geografisnya memiliki atau berdekatan dengan massa daratan dengan luasan yang besar, dan wilayah kontinental atau sub-kontinental.

"Udara panas yang terjadi di Jatim belakangan, jika ditinjau secara karakteristik fenomena maupun indikator statistik pengamatan suhu, tidak termasuk ke dalam kategori gelombang panas," jelasnya.

Gerak semu matahari

Shanas mengungkapkan, kenaikan suhu yang terjadi di wilayah Jatim sendiri disebabkan oleh gerak semu matahari. Hal tersebut pun merupakan siklus yang sudah biasa terjadi di setiap tahun.

"Sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya," ujarnya.

Selain itu, lanjut dia, wilayah Jatim sekarang juga tengah mengalami pancaroba atau pergantian dari musim hujan ke musim kemarau. Akhirnya, beberapa daerah tidak tertutup awan.

"Hal tersebut menyebabkan penyinaran matahari ke permukaan bumi akan terjadi secara maksimal, akibatnya tidak adanya tutupan awan," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jurnalis Malang Raya Gelar Aksi Tolak Revisi RUU Penyiaran

Jurnalis Malang Raya Gelar Aksi Tolak Revisi RUU Penyiaran

Surabaya
Video Viral 2 Mahasiswa Bermesraan di Gedung Kampus, UINSA Surabaya Lakukan Investigasi

Video Viral 2 Mahasiswa Bermesraan di Gedung Kampus, UINSA Surabaya Lakukan Investigasi

Surabaya
Mantan Bupati Nganjuk Marhaen Djumadi Daftar Bacabup ke PKB

Mantan Bupati Nganjuk Marhaen Djumadi Daftar Bacabup ke PKB

Surabaya
Tangis Tukang Becak Asal Ponorogo Naik Haji Tahun Ini, Bermula dari Mimpi dan Nabung Rp 3.000

Tangis Tukang Becak Asal Ponorogo Naik Haji Tahun Ini, Bermula dari Mimpi dan Nabung Rp 3.000

Surabaya
2 ASN Tulungagung Pesta Narkoba di Surabaya karena Penat Kerja

2 ASN Tulungagung Pesta Narkoba di Surabaya karena Penat Kerja

Surabaya
Bus Sugeng Rahayu Oleng dan Terguling di Hutan Ngawi, Sopir Bus Mengaku Ada Truk Mepet Bus Saat Salip

Bus Sugeng Rahayu Oleng dan Terguling di Hutan Ngawi, Sopir Bus Mengaku Ada Truk Mepet Bus Saat Salip

Surabaya
Honda Civic Berkecepatan Tinggi Tabrak Rumah di Kota Batu, Pengemudi Perempuan Tewas

Honda Civic Berkecepatan Tinggi Tabrak Rumah di Kota Batu, Pengemudi Perempuan Tewas

Surabaya
Pakar Unair Kritik RUU Penyiaran

Pakar Unair Kritik RUU Penyiaran

Surabaya
RSUD Bangil Beberkan Kronologi Pengangkatan Testis Pria di Pasuruan

RSUD Bangil Beberkan Kronologi Pengangkatan Testis Pria di Pasuruan

Surabaya
ASN Dinkes Tulungagung Ditangkap Saat Pesta Ekstasi di Tempat Karaoke Surabaya

ASN Dinkes Tulungagung Ditangkap Saat Pesta Ekstasi di Tempat Karaoke Surabaya

Surabaya
Kisah Nenek 100 Tahun Tukang Pijat Naik Haji, Menabung di Kresek Rp 20.000 Setiap Hari

Kisah Nenek 100 Tahun Tukang Pijat Naik Haji, Menabung di Kresek Rp 20.000 Setiap Hari

Surabaya
Polrestabes Surabaya Musnahkan 40 Kilogram Sabu dan 26.000 Pil Ekstasi Senilai Rp 66 Miliar

Polrestabes Surabaya Musnahkan 40 Kilogram Sabu dan 26.000 Pil Ekstasi Senilai Rp 66 Miliar

Surabaya
Wartawan di Lumajang Melakban Mulut Tolak RUU Penyiaran

Wartawan di Lumajang Melakban Mulut Tolak RUU Penyiaran

Surabaya
Demokrat Usung Trihandy Cahyo Saputro Jadi Cabup pada Pilkada Nganjuk 2024

Demokrat Usung Trihandy Cahyo Saputro Jadi Cabup pada Pilkada Nganjuk 2024

Surabaya
Kasus Testis Hilang, Pria di Pasuruan Tegaskan Hanya Ada Persetujuan Operasi Laser Prostat

Kasus Testis Hilang, Pria di Pasuruan Tegaskan Hanya Ada Persetujuan Operasi Laser Prostat

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com