Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Penjual Pentol di Nganjuk Bisa Naik Haji, Tiap Bulan Sisihkan Uang Rp 500.000

Kompas.com - 07/06/2022, 19:16 WIB
Usman Hadi ,
Andi Hartik

Tim Redaksi

NGANJUK, KOMPAS.com – Seorang pria berkaus koko hijau tua tampak sibuk di gerobaknya, Selasa (7/6/2022). Ia tengah maladeni pembeli pentol, jajajan yang dijajakannya persis di depan rumahnya.

Pria tersebut adalah Afandi (62), warga Desa Tanjungtani, Kecamatan Prambon, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Siang itu, ia tengah meladeni pembeli pentol yang mampir di gerobaknya.

Jika dilihat sekilas, tak ada yang istimewa dari sosok Afandi. Namun siapa sangka, pria yang juga sebagai guru honorer ini merupakan salah satu dari 274 calon jemaah haji (CHJ) asal Kabupaten Nganjuk yang akan berangkat tahun ini.

Baca juga: Sempat Positif Covid-19, Seorang Calon Jemaah Haji Asal Tuban Akhirnya Berangkat

Insyaallah nanti tanggal 10 (Juni) kita berangkat ke Arab,” kata Afandi kepada wartawan, Selasa.

Afandi mendaftar haji pada tahun 2010. Namun, karena penghasilnya pas-pasan, ia tak mampu melunasi Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) saat akan berangkat.

Pria dua anak ini memilih mencicil setiap bulan untuk melunasi BPIH. Caranya dengan menyisihkan uang Rp 500.000 saban bulan.

Baca juga: 446 Calon Jemaah Haji Lamongan Berangkat ke Surabaya, Paling Muda Usia 20 Tahun

“Setelah saya daftar haji, saya terus menabung tiap bulan, sedikit-sedikit dari hasil jualan es lilin dan jualan jajan-jajan di sekolah maupun di tempat (lainnya),” tutur Afandi.

“Kami sekeluarga, sama istri saya semangat terus tiap bulan, kami menabung mulai tahun 2010 sampai 2018 sudah lunas, tiap bulan kami menabung Rp 500.000,” lanjut dia.

Usaha Afandi bersama istrinya, Istiqomah, menabung saban bulan untuk melunasi BPIH tak percuma. Pada tahun 2019, pria yang tercatat sebagai guru honorer di SMK Al Asyariyah Prambon itu mendapat undangan dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Nganjuk.

Afandi diundang karena diproyeksikan berangkat haji pada tahun 2020.

“Ternyata tahun 2020 itu gagal tidak jadi berangkat karena ada musibah internasional yaitu corona,” paparnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com