Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Kampung Pancasila di Desa Senduro Lumajang, Hidup Berdampingan dalam Perbedaan

Kompas.com - 31/03/2022, 08:28 WIB
Miftahul Huda,
Priska Sari Pratiwi

Tim Redaksi


LUMAJANG, KOMPAS.com - Kebhinekaan Indonesia sejak lama telah menjadi identitas yang tidak bisa dipisahkan dalam sejarah panjang Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Bukan hanya soal budaya, ras, dan suku. Agama yang dianut warga negara pun beragam.

Indahnya, mereka telah lama hidup berdampingan tanpa memandang adanya perbedaan identitas tersebut.

Baca juga: Jembatan Gantung Pengganti Gladak Perak Lumajang Ditargetkan Selesai Sebelum Lebaran

Seperti yang sudah dilalui warga Dusun Sumberrejo, Desa Senduro, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur ratusan tahun lamanya.

Kompleks yang terdiri dari 3 RW dan 9 RT itu dikenal dengan nama Kampung Pancasila.

Hal tersebut bukan tanpa alasan. Sejumlah warga yang tinggal di RW 8, RW, 10, dan RW 11 itu tampak rukun satu sama lain meski hidup dengan perbedaan keyakinan.

"Di sini ada 180 KK muslim, 20 KK Hindu, dan tiga KK Kristen dan rumahnya saling bersebelahan," kata Kepala Desa Senduro Farid, Rabu (30/3/2022).

Kampung Pancasila di Lumajang, Jawa Timur. Kompas.com / Miftahul Huda Kampung Pancasila di Lumajang, Jawa Timur.
Warga pun kompak bergotong royong mengubah wajah kampungnya dengan warna nyentrik yang berbeda dengan kampung lain.

Sepanjang kampung tersebut dipenuhi dengan puluhan umbul-umbul merah putih dan cat tembok dengan warna serupa dilengkapi monumen bertuliskan butir-butir pancasila dan burung Garuda di setiap pojok tikungan.

Potret kerukunan juga terbentuk dengan adanya kotak koin di depan rumah setiap warga yang akan digunakan sebagai kebutuhan menjaga kebersihan dan keamanan kompleks sesuai jadwal piket.

"Setiap rumah ada kotak koin seikhlasnya yang akan diambil setiap hari oleh petugas piket keamanan dan digunakan sebagai kebutuhan pos ronda dan kebersihan," tambahnya.

Baca juga: Antrean Panjang Kendaraan akibat Solar Langka Terjadi di Lumajang, Sopir Truk: Bisa Telat Kirim Barang

Saking rukunnya warga di sana, setiap ada yang memiliki hajat atau terdapat keluarga yang meninggal, semua orang akan berdatangan untuk membantu dan mendoakan sesuai keyakinan masing-masing.

"Kalau ada yang meninggal pasti semua datang dan mendoakan. Contoh kalau yang Hindu ada yang meninggal, warga selain Hindu juga datang untuk mendoakan sesuai keyakinan keluarga yang kehilangan. Walaupun di sana hanya diam saja, begitu pun sebaliknya," ujar Farid.

Farid menceritakan bahwa di Desa Senduro sejatinya memiliki tiga lokasi yang menjadi asal muasal masyarakat asli setempat hidup berdampingan, yakni di daerah dekat Pura Mandhara Giri Semeru Agung, dekat Sanggar yang menjadi asal muasal Pura Mandhara Giri Semeru Agung, dan kompleks yang hari ini menjadi Kampung Pancasila.

"Aslinya tiga tempat, tapi yang secara silsilah keluarga dari nenek moyang sana masih ada ya di kampung Pancasila ini," tuturnya. 

Menurut Farid, setiap anak kecil di desa ini juga sudah hafal Pancasila sejak dini. Mereka terbiasa membaca Pancasila saat bermain karena setiap pojok jalan memiliki tulisan Pancasila.

"Ini semua anak-anak hafal Pancasila, lah gimana kalau pas main kan sambil baca tulisan di pojokan itu," ungkapnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bebas Bersyarat, Mantan Bupati Malang Rendra Kresna Ingin Rehat Sejenak dari Dunia Politik

Bebas Bersyarat, Mantan Bupati Malang Rendra Kresna Ingin Rehat Sejenak dari Dunia Politik

Surabaya
5 Orang Pengeroyok Anggota Perguruan Silat di Banyuwangi Jadi Tersangka

5 Orang Pengeroyok Anggota Perguruan Silat di Banyuwangi Jadi Tersangka

Surabaya
Komnas PA Dampingi Korban Pencabulan Polisi di Surabaya

Komnas PA Dampingi Korban Pencabulan Polisi di Surabaya

Surabaya
Belasan Ribu Lahan Tadah Hujan di Nganjuk Bakal Dilakukan Pompanisasi

Belasan Ribu Lahan Tadah Hujan di Nganjuk Bakal Dilakukan Pompanisasi

Surabaya
Usai ke PDI-P, Bupati Jember Daftar Penjaringan Bacabup ke PKB

Usai ke PDI-P, Bupati Jember Daftar Penjaringan Bacabup ke PKB

Surabaya
Eks Lokalisasi Gunung Sampan di Situbondo Diubah Menjadi Wisata Karaoke

Eks Lokalisasi Gunung Sampan di Situbondo Diubah Menjadi Wisata Karaoke

Surabaya
Harga Gula di Kota Malang Naik Jadi Rp 17.500 Per Kilogram

Harga Gula di Kota Malang Naik Jadi Rp 17.500 Per Kilogram

Surabaya
Mobil Pribadi Terjebak di Sabana Bromo, Begini Aturannya

Mobil Pribadi Terjebak di Sabana Bromo, Begini Aturannya

Surabaya
Makan Korban WNA, Spot Foto di Kawah Ijen Banyuwangi Akhirnya Ditutup

Makan Korban WNA, Spot Foto di Kawah Ijen Banyuwangi Akhirnya Ditutup

Surabaya
Respons Kuasa Hukum Korban Kekerasan atas Bantahan Anak Anggota DPRD Surabaya

Respons Kuasa Hukum Korban Kekerasan atas Bantahan Anak Anggota DPRD Surabaya

Surabaya
Sepekan PDI-P Buka Pendaftaran Pilkada Madiun, Belum Ada yang Ambil Formulir

Sepekan PDI-P Buka Pendaftaran Pilkada Madiun, Belum Ada yang Ambil Formulir

Surabaya
Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Tulungagung Hari Ini Rabu 24 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Surabaya
Ribuan Ulat Bulu “Serang” Permukiman di Ponorogo, Warga: Gatal-gatal meski Sudah Mandi

Ribuan Ulat Bulu “Serang” Permukiman di Ponorogo, Warga: Gatal-gatal meski Sudah Mandi

Surabaya
Isa Bajaj Minta Pemkab Pasang CCTV di Alun-alun Magetan Usai Insiden yang Menimpa Anaknya

Isa Bajaj Minta Pemkab Pasang CCTV di Alun-alun Magetan Usai Insiden yang Menimpa Anaknya

Surabaya
Gibran dan Bobby Disebut Akan Terima Satyalancana dari Presiden Jokowi di Surabaya

Gibran dan Bobby Disebut Akan Terima Satyalancana dari Presiden Jokowi di Surabaya

Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com