KOMPAS.com - Sudah lebih dari 30 tahun Sutino (59), warga Desa Putat Lor, Kecamatan Menganti, Gresik, Jawa Timur, menekuni usaha membuat kerupuk.
Selama itu Sutino mengatakan, kelangkaan minyak goreng kali ini parah dan memberatkan pelaku usaha rumahan seperti dirinya.
Namun demikian, Sutino tetap berusaha keras mempertahankan usahanya itu agar tak gulung tikar.
Baca juga: Nestapa Saat Berburu Minyak Goreng, Kecopetan hingga Tertipu Ratusan Juta Rupiah
Salah satu alasannya adalah memikirkan nasib para pekerjanya yang menggantungkan hidup dari usaha pembuatan kerupuk.
"Kalau saya berhenti produksi, kasihan mereka mau makan apa? Baru kali ini minyak goreng langka paling parah. Ditambah lagi tepung tapioka harganya juga ikut naik," kata Sutino, Sabtu (26/2/2022), dilansir dari Surya.co.id.
Baca juga: Minyak Goreng Mahal, Pengusaha Kerupuk di Malang Merugi
Untuk tetap bertahan, Sutino rela keliling mencari minyak goreng hingga keluar kota.
"Cari minyak gorengnya keliling Gresik. Paling jauh sampai Surabaya," tambah Sutino.
Kondisi itu membuat usahanya merugi dan terancam bangkrut karena biaya produksi meningkat.
Sutino lalu menggambarkan bahwa sebelum kenaikan dirinya bisa menghabiskan minyak goreng 180 kilogram dengan harga Rp 12 ribu per liter.
Baca juga: Pengusaha Kerupuk Merugi, Puluhan Jeriken Minyak Goreng yang Dibeli Ternyata Isinya Air
Kondisi saat ini harga minyak goreng mencapai sudah Rp 18 ribu sampai Rp 19 ribu per liternya.
Sementara itu, kata Sutino, kenaikan harga tepung tapioka juga membuat kondisi semakin sulit.
Menurut Sutiono, harga tepung tapioka biasanya hanya sekitar Rp 500 ribu per sak. Namun saat ini sudah naik menjadi Rp 900 ribu.