BLITAR, KOMPAS.com - EP (35), warga Desa Kendalrejo, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, menganiaya ibunya sendiri yang sudah tua karena dipicu masalah sepele. EP yang merupakan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) itu baru tiga pekan pulang dari rumah sakit jiwa.
EP menganiaya ibunya, Murtiyem (71), di dapur rumahnya pada Senin (3/1/2022) petang. Alasannya, sang ibu tak membelikan EP buku untuk belajar mengaji.
Baca juga: Vaksinasi Anak Usia 6-11 Tahun Akan Dimulai, Dinkes Blitar Targetkan Capai 70 Persen dalam Sebulan
Kapolsek Talun AKP Imam Subechi mengatakan, EP melakukan penganiayaan itu saat sang ibu sedang beraktivitas di dapur.
"Waktu kita tanya kenapa memukuli ibunya sendiri, katanya karena minta buku buat belajar mengaji tidak dibelikan," ujar Subechi saat dikonfirmasi Kompas.com, Selasa (4/1/2022).
Akibat penganiayaan itu, kata dia, Murtiyem mengalami luka robek di pelipis mata kiri dan lebam pada wajah dan mata kanan.
Menurut Subechi, usai menganiaya Murtiyem, EP memberitahu warga sekitar bahwa ibunya berdarah.
"'Kae lho mbokku getihen (itu lho ibuku berdarah)'," kata Subechi menirukan perkataan EP.
Setelah itu, tiga tetangga segera memeriksa ke dalam dapur rumah Murtiyem. Mereka mendapati Murtiyem terbaring di lantai dengan kondisi kepala berdarah.
Warga pun melapor ke perangkat desa setempat dan meneruskan laporan kepada pihak kepolisian.
Murtiyem segera dilarikan ke rumah sakit terdekat, ujar Subechi, sedangkan EP malam itu juga dikirim ke rumah sakit jiwa di wilayah Kabupaten Malang.
Telat minum obat
Subechi mengatakan, EP sebenarnya tidak memiliki catatan melakukan penganiayaan meskipun dikenal sebagai seorang ODGJ.
Berdasarkan catatan yang ada, kata Subechi, EP sudah enam kali keluar masuk rumah sakit jiwa.
"Jadi baru kali ini dia melakukan tindakan kekerasan. Sebelumnya paling teriak-teriak saja kalau sedang kambuh," ujarnya.
Subechi menduga, peristiwa itu terjadi karena EP telat meminum obat yang diberikan rumah sakit jiwa.
"Mereka ini tinggal berdua saja. Ibunya sudah tua dan mungkin tidak begitu paham bahwa anaknya harus rutin meminum obat. Jadi sepertinya memang telat minum obat," kata Subechi.
Baca juga: Wali Kota Blitar Tutup Makam Bung Karno secara Mendadak, Pengunjung Kecele
Dugaan itu, lanjutnya, didasarkan pada temuan obat-obatan di rumah mereka yang masih cukup banyak.
Kata Subechi, EP memiliki kakak perempuan namun sudah memiliki rumah sendiri di desa lainnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.